Build More PR Buzz for Your Company & Event: Seni Viralkan Value Lewat Storytelling

Posted By smartcomputerindo | 13 November 20 | Event

 

 

TECHMinar Kreen Indonesia bertajuk “Build More PR Buzz for Your Company & Event” menghasilkan kesimpulan menarik bahwa buzz akan tercipta secara alami jika brand mampu menampilkan value yang otentik melalui teknik storytelling yang tepat.

 

Lolo Sianipar, Founder PiAr Consulting, yang telah malang melintang di dunia PR menekankan storytelling sebagai core dari upaya buzzing. Buzz yang mampu menyebar didasari oleh pemahaman terhadap teknik storytelling. Hal ini dapat dimulai dari melakukan teknik STP atau mengenali bagaimana karakteristik audiens, termasuk aspek sosiografis, demografis, perilaku, psikografis, hingga geografis. Buzz yang berhasil adalah buzz yang mampu menangkap kebutuhan target audiens.

 

Buzz yang viral umumnya adalah buzz yang sifatnya meaningful, mengandung empati, dan mampu mengundang percakapan. Selain itu, buzz yang berhasil juga membawa impact dan manfaat tertentu bagi audiens. Hal ini disampaikan oleh Cynthia Cecilia, Founder JobHun Indonesia.

 

Lolo menambahkan pentingnya brainstorming untuk mengambil satu sudut pandang dan fokus pada single key message saja. Ia juga menambahkan dalam melakukan buzzing, hendaknya tetap profesional dan tak sekedar provokatif. Artinya, klaim yang disampaikan haruslah kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan, apalagi jika nanti pesan tersebut telah terviralkan.

 

Cynthia melihat upaya buzzing dan PR sejatinya dilakukan untuk memperkenalkan perusahaan, mempersuasi audiens, sekaligus membuat user paham dengan value yang dibawa oleh brand kita.

 

Buzzer dikenal dalam dunia politik, advertisement/marketing, dan PR. Namun, masing-masing memiliki perbedaan signifikan. Jika buzzer yang dikaitkan dengan politik umumnya memiliki konotasi negatif, buzzer periklanan dan PR memiliki tujuan yang berbeda. 

 

Dalam PR, buzzing idealnya tercipta secara natural dan keluar dari dasar hati terdalam. Buzzing dalam PR ditekankan pada pengalaman menggunakan produk serta value yang dibawa juga perlu bersifat relevan terhadap produk dan brand. Sementara, dalam marketing, buzzing umumnya lebih bersifat transaksional dan dilakukan untuk tujuan ekonomi.

 

Hal ini juga ditekankan oleh Djayawarman Alamprabu (Tenaga Humas Pemerintah RI) yang menggarisbawahi bahwa influencer PR tak melulu mencari gain secara ekonomi, namun lebih fokus pada core value dan public opinion.

 

Upaya buzzing pun tak melulu mengalami kesuksesan. Etika menjadi aspek penting dalam aktivitas ini karena bersinggungan dengan nilai-nilai kemanusiaan dan komunikasi publik. 

 

Sebagai seorang PR, buzz juga tak bisa serta merta dijadikan upaya untuk mengatasi krisis yang dialami perusahaan. Organisasi perlu take a step back, mengevaluasi setiap elemen publikasi secara intelektual sehingga tak mengambil tindakan reaktif melainkan responsif. Sebagai bagian dari upaya komunikasi, buzzing perlu dibangun dari meaning dan kejujuran sehingga tak sekedar fokus pada promosi atau persuasi.