Jamu tak perlu diragukan lagi khasiatnya untuk menjaga kesehatan. Bahkan, baru-baru ini, jamu masuk dalam 14 bahan yang menjadi pendamping pengobatan COVID-19.
Instagram jamu.cafe
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menjabarkan bahwa yang dimaksud dengan obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun digunakan untuk pengobatan dan dapat diterapkan sesuai norma yang berlaku di masyarakat.
Di Indonesia, jamu biasa dikonsumsi sebagai obat herbal atau hasil meramu bahan-bahan yang berasal dari alam dan memiliki khasiat untuk kesehatan. Jamu tak hanya berfungsi sebagai obat, tetapi juga untuk menjaga kebugaran tubuh dan mencegah dari penyakit. Manfaat lain dari jamu adalah membantu meningkatkan nafsu makan bagi anak-anak.
Hingga kini, jamu masih dijaga kelestariannya sebagai kekayaan kearifan lokal, terutama di lingkungan keraton, seperti di Keraton Yogyakarta dan Surakarta. Seiring kemajuan teknologi, jamu juga dikembangkan menjadi produk kesehatan komersial dalam bentuk kapsul, bubuk, dan minuman cair. Namun, jamu yang biasa disajikan di rumah atau di lingkungan keraton lebih segar karena tanpa pengawet dan sifatnya sekali konsumsi.
Jamu ternyata telah dikenal sejak abad ke-8. Tahun 825M, terdapat relief pohon Kalpataru pada Candi Borobodur yang di bawahnya terdapat sketsa seseorang sedang menghancurkan bahan jamu.
Jamu juga tercantum dalam beberapa serat jawa seperti Serat Kawruh Bab “Jampi-Jampi” yang diterbitkan tahun 1831, Serat Wulang Wanita (Paku Buwono IX), Candra Rini (Mangku Negara IV, 1792), buku Nawaruci Paraton, dll.
Bahkan, pada periode Jepang, diadakan seminar pertama tentang jamu di wilayah Solo. Tahun 1940, seminar ini menghimbau para pengusaha jamu secara sukarela mendaftarkan resep pribadi mereka untuk diperiksa dan dinilai oleh Jawatan Kesehatan Rakyat.
Jamu kerap disebut obat rumahan karena bahan-bahan pembuatannya mudah diperoleh di sekitar rumah, sebut saja kunyit, kencur, jahe, lengkuas, dan jenis rimpang atau tanaman lainnya.
Jahe punya khasiat untuk menghangatkan tubuh, meningkatkan nafsu makan, mencegah mual, dan membantu meringankan reumatisme. Jahe yang ditumbuk juga dapat digunakan untuk meringankan rasa gatal dan mengobati luka.
Kunyit memiliki kandungan senyawa kimia curcumin yang memiliki khasiat untuk meredakan inflamasi, seperti bengkak dan nyeri. , menjaga keehatan lambung
Kencur (Kaempferia galanga) merupakan tanaman yang juga memiliki fungsi untuk menghangatkan tubuh. Selain itu, kencur bermanfaat untuk meredakan demam, encok, sakit perut, dan bengkak.
Sementara, jamu kudu laos yang dibuat dari lengkuas mampu mengatasi masalah lambung, masuk angin, dan untuk meningkatkan nafsu makan.
Begitu berlimpahnya manfaat jamu, obat tradisional yang bisa diperoleh dengan harga ekonomis.
Jika Anda tak memiliki tumbuhan TOGA atau rimpang lainnya di sekitar rumah Anda dan hanya punya sedikit waktu untuk menanamnya, Anda bisa memilih mengonsumsi Jamu Cafe.
Tak seperti jamu kapsul atau butiran yang telah dicampur dengan bahan pengawet, seluruh produk Jamu Cafe dipesan dengan sistem PO. Artinya, setiap produk Jamu Cafe sifatnya fresh dan dibuat sesuai pesanan.
Untuk membuktikan bahwa jamu ini bebas pengawet, usaha ini telah memberi klaim bahwa jamu mereka hanya bisa bertahan 2-3 hari di luar lemari pendingin. Sementara, jika disimpan di kulkas, jamu dari Jamu Cafe mampu bertahan sampai 7 hari lamanya.
Anda bisa memesan Jamu Cafe di laman Karya Noesantara pada Smartcomputerindo. Kami siap membantu UMKM Jamu Cafe melayani penikmat jamu di seluruh negeri!
Sumber
https://republika.co.id/berita/qjyv11328/daftar-14-herbal-yang-diteliti-bpom-untuk-pengobatan-covid
https://www.alodokter.com/ini-lho-manfaat-jamu-yang-sudah-teruji-klinis
http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/Jamu,%20Ramuan%20Tradisional%20Kaya%20Manfaat-Rifqa-Final.pdf