Wabah COVID-19 “memaksa” kita melakukan banyak penyesuaian dalam aktivitas sehari-hari. Adanya aturan pembatasan sosial mengharuskan masyarakat berdiam diri di rumah-rumah selama berbulan-bulan. Tak dapat dipungkiri, hal ini mempengaruhi kondisi secara fisik maupun mental.
Studi terdahulu menunjukkan bagaimana keadaan masyarakat saat wabah serupa COVID-19, yakni MERS menjangkiti beberapa wilayah di Timur Tengah. Rupanya, banyak warga yang mengalami tekanan, gelisah, hingga depresi.
Mengunci diri di rumah sebagai bentuk kontribusi menekan angka persebaran secara otomatis menjauhkan diri kita dari orang lain, bahkan saat menikmati liburan. Tak jarang, beban pekerjaan justru lebih banyak dibandingkan sebelumnya. Rasa kesepian pun kerap menyerang karena aktivitas berulang sehingga terkesan monoton dan membosankan bagi individu yang tak terbiasa berada di rumah.
Pada sisi lainnya, saat WFH dan stay at home, protokol kesehatan yang harus diterapkan kian menjadi beban. Masih banyak masyarakat yang menganggap protokol kesehatan seperti menggunakan masker, menjaga jarak, dan meningkatkan intensitas mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer. Secara tak langsung, penerapan protokol kesehatan ini pun menumbuhkan sifat paranoid atau kekhawatiran berlebih di masyarakat.
Di sinilah self-awareness berperan penting dalam membantu setiap orang beradaptasi. Self-awareness atau kesadaran diri adalah keadaan seseorang yang mampu memahami kondisi dirinya sendiri dan mampu mengontrol emosi sesuai keadaan sekitarnya. Dengan menerapkan self-awareness, setiap individu juga dapat memahami kelemahan dan kelebihan yang mereka miliki.
Self-awareness terdiri dari 5 kompetensi, yakni identifikasi emosi, akurasi persepsi tentang diri, kompetensi diri, kepercayaan diri, dan efikasi diri atau mempercayai diri sendiri bahwa kemampuannya dapat menyelesaikan suatu tugas.
Dalam memerangi COVID-19, self-awareness membuat individu memiliki kesadaran lebih tinggi dalam mengontrol emosi, untuk tak cepat percaya dengan berita di media sosial yang tak jelas sumbernya. Individu pun memiliki pegangan bahwa seseorang tak dapat mengubah masa lalu dan mengatur apa yang terjadi di masa depan, yang bisa dilakukan adalah mengontrol tindakan yang dilakukan di masa sekarang.
Banyak masyarakat yang masih menganggap remeh COVID-19, padahal bagi suatu negara, wabah ini telah tergolong sebagai ancaman non-tradisional. Inilah pentingnya mentransformasi pikiran masyarakat. Bila masyarakat memiliki self-awareness yang baik, mereka dapat meningkatkan keamanan diri, melindungi orang lain, dan membantu menjaga ketahanan negara.
Anda ingin memahami lebih lanjut bagaimana self-awareness membantu Anda beradaptasi di tengah new normal sekaligus bagaimana cara menumbuhkannya? Kenapa kita perlu mempedulikan diri sendiri? Apa akibat jika seseorang tak mempedulikan diri sendiri di era new normal?
Ikuti TECHMinar Kreen Indonesia berjudul The Importance of Self Awareness in New Normal yang akan dihadiri Muharini Aulia (Psikolog & Founder Beranda Jiwa Youtube Channel, Aruni Ulfah (Psikolog), dr. Mutiara Lirendra (Dokter Umum, dan Syibbli Zainbrin (Psikolog Klinis).
Acara ini akan diadakan 10 Desember 2020, mulai pukul 13.30-15.30. Jangan lewatkan kesempatan menambah insight dan e-certificate secara gratis, Anda juga berkesempatan memperoleh doorprize menarik!
Sumber
https://jurnal.lemhannas.go.id/index.php/jkl/article/download/99/81/
https://www.afederasi.com/kolom/pentingnya-self-awareness-menghadapi-new-normal/
https://environment-indonesia.com/self-awareness-dalam-upaya-memerangi-covid-19/