Seiring dengan masifnya perkembangan teknologi, mau tak mau beragam sektor kehidupan turut bergerak maju. Tercatat dalam Roadmap of Sustainable Development Goal yang diterbitkan Bappenas, Indonesia akan meningkatkan kebijakan pemakaian teknologi pada pelayanan publik tahun 2020-2024. Hal ini tak bisa dilepaskan dari pencanangan strategi smart city di berbagai kota di Indonesia.
rawpixels/freepik
Smart city adalah suatu keadaan ketika suatu kota dapat mengintegrasikan teknologi dalam proses tata kelola dan operasional pada level tertentu. Smart city semakin dilirik di berbagai daerah karena keuntungannya. Integrasi teknologi untuk aktivitas pelayanan dipercaya dapat meningkatkan efisiensi, membagikan informasi pada publik, memperbaiki pelayanan pada masyarakat, serta meningkatkan kesejahteraan warga.
Cohen (2010) menjelaskan dimensi utama dari smart city. Keenamnya adalah smart government (pemerintahan cerdas), smart economy (ekonomi cerdas), smart society (kehidupan sosial cerdas), smart mobility (mobilitas cerdas), smart environment (lingkungan cerdas), dan quality of live (hidup berkualitas).
Penerapan enam dimensi tersebut pada kenyataannya tak harus dipenuhi seluruhnya. Setiap kota dapat fokus pada salah satu dimensi saja dengan mempertimbangkan karakteristik dan urgensi masalah mereka.
Pemerintah telah menciptakan program 100 Smart City untuk mendukung pelaksanaan sistem ini di Indonesia.
Melansir Indonesiabaik.id, smart city dibutuhkan bagi penciptaan hunian dan pelayanan publik yang mumpuni di masa depan. Hal ini bukan tanpa alasan, mengingat proyeksi jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di kota akan mencapai 82,37% pada tahun 2045.
rawpixel/freepik
Saat ini sebanyak 25 kota dan kabupaten telah menjadi perintis Smart City Indonesia 2019. Kota tersebut adalah Kota Jambi, Kab. Pelalawan, Kab. Siak, Kab. Banyuasin, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Kab. Purwakarta, Kota Bandung, Kota Bekasi, Kota Bogor, Kota Cirebon, Kota Sukabumi, Kab. Sleman, Kota Semarang, Kab. Banyuwangi, Kab. Bojonegoro, Kab. Gresik, Kab. Sidoarjo, Kab. Badung, Kota Singkawang, Kab. Kutai Kartanegara, Kota Samarinda, Kota Makassar, Kota Tomohon, dan Kab. Mimika.
Yuk, intip bagaimana penerapan smart city di masing-masing daerah!
Serupa dengan JSC, Bogor memiliki pusat kendali data yang dinamai Bogor Green Room (BGR). Grup ini merupakan kolaborasi antara pemerintah Kota Bogor, ITB, dan Telkom Group. Data-data dan informasi yang dikumpulkan akan dijadikan pertimbangan dalam keputusan terkait kependudukan, lingkungan, dan keseharian warga. Misalnya saja untuk memantau kondisi transportasi, kondisi darurat, dan peringatan terjadinya bencana.
Salah satu kota di Jawa Timur ini punya sejumlah andalan untuk memaksimalkan potensi yang mereka punya. Pertama, aplikasi Among Tani. Among Tani merupakan aplikasi pembelian produk organik dari petani secara langsung dan online. Keberadaan aplikasi ini sangat menguntungkan petani karena dapat memotong mata rantai tengkulak.
Kedua, ada proyek bernama Desa Iklim Tangguh Bencana. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan mitigasi terhadap perubahan iklim.
Sebagai salah satu kota perintis Smart City, Samarinda telah menghasilkan 117 aplikasi yang memudahkan berbagai jenis layanan publik lho! Sebut saja aplikasi e-Kelurahan, e-Warga, Aplication Programming Interface, Data Warehouse, Surat Elektronik, Portal Samarinda versi Android, Dashboard Smart city, Panic Button, Antrian Online Android, Antrian Online iOS dan e-Rekomendasi.
Penerapan smart city di Banding difokuskan untuk menyederhanakan birokrasi pelayanan pemerintahan. Hal ini diwujudkan melalui Hay U. Hay U adalah portal perizinan online yang mencakup izin reklame, izin trayek, SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan), TDP (Tanda Daftar Perushaan), IMB (Ijin Mendirikan Bangungan), HO (surat ijin gangguan / Hinderordonnantie). Warga dapat memanfaatkan portal bppt.bandung.go.id untuk mengurus perizinan dari rumah.
Kota ini juga mulai menerapkan layanan Sistem Informasi Penilaian untuk rapor Camat oleh warga, citizen complaint online, serta Silakip untuk mengawasi kerja Pemkot. Sedikit berbeda dari yang lain, Bandung mulai memanfaatkan media sosial yang ada misalnya Twitter sebagai media komunikasi intensif bagi warga.
Penerapan Smart City di Makassar tampak melalui sistem pembayaran parkir online dan sistem pemantau kemacetan. Kota ini juga punya Makasar Smart Card yang bisa digunakan untuk kepentingan dalam urusan sistem pemerintahan dan pembayaran.
Aceh menerapkan Smart City lewat aplikasi yang membuka partisipasi warga secara langsung lho. Melalui aplikasi Berindah, warga dapat turut berkontribusi dalam program-program untuk meningkatkan kebersihan kota.
Penerapan kota pintar di Indonesia cukup keren, ya? Apakah salah satunya adalah kota tempat asal Anda?
Sumber
https://blog.gamatechno.com/7-kota-yang-mengaplikasikan-program-smart-city/
https://kominfo.go.id/content/detail/11656/langkah-menuju-100-smart-city/0/sorotan_media
http://indonesiabaik.id/infografis/25-kota-perintis-smart-city
https://nextren.grid.id/read/011919241/ini-contoh-5-kota-yang-sukses-terapkan-konsep-smart-city-oleh-pemerintah?page=all
https://samarinda.prokal.co/read/news/19233-mantapkan-samarinda-smart-city-cetak-117-aplikasi.html
https://id.techinasia.com/apa-itu-smart-city-dan-penerapan-di-indonesia
https://www.unicef.org/indonesia/media/1626/file/Roadmap%20of%20SDGs.pdf
MEWUJUDKAN KOTA RESPONSIF MELALUI SMART CITY. Priskadini April Insani. PUBLISIA (Jurnal Ilmu Administrasi Publik) Volume 2, Nomor 1, April 2017
http://fti.uajy.ac.id/sisteminformasi/2019/10/29/kuliah-lapangan-kunjungan-ke-jakarta-smart-city/