Indonesia menduduki urutan nomor lima dunia dengan jumlah start-up terbanyak, yakni 2.193 buah pada 2019, menurut lama Startup Ranking. Enam di antaranya menyandang status sebagai Unicorn atau perusahaan rintisan milik swasta yang nilai kapitalisasinya lebih dari $1 miliar. Meski begitu, tak jarang juga startup yang gagal di tengah jalan. Pelajari metode Lean Startup dari Eric Ries ini agar bisnis startup Anda makin lancar!
Mika Baumeister/Unsplash
Menurut Eric Ries, startup atau perusahaan rintisan adalah institusi manusia yang dirancang untuk membuat produk atau layanan baru di tengah kondisi ketidakpastian.
Berdasarkan definisi tersebut, ada beberapa golongan yang dapat dikatakan sebagai startup.
Pertama, perusahaan rintisan dengan produk atau layanan baru. Kondisi ketidakpastian yang melingkupi golongan pertama ini adalah penerimaan market, arah pengembangan produk, sustainabilitas pendanaan, dan culture teamwork.
Kedua, divisi baru dalam perusahaan yang sudah berdiri. Tujuan golongan ini umumnya ingin menciptakan terobosan layanan atau produk baru. Sebagai tim baru, culture teamwork menjadi salah satu ketidakpastian yang dihadapi.
Ketiga, divisi yang sudah ada dalam perusahaan yang telah berdiri dan tujuannya untuk membangun produk layanan baru. Pada kondisi ini, culture teamwork dan relasi bisnis telah terbangun, namun mereka menghadapi penerimaan pasar yang belum pasti.
Proxyclick Visitor Management System/Unsplash
Eric Ries menjabarkan penyebab kegagalan banyak startup. Startup belum memiliki acuan tentang konsumen dan pengembangan produk mereka di masa depan. Mereka terjebak dalam godaan perencanaan, strategi, dan riset market menyeluruh. Padahal, startup beroperasi dalam ketidakpastian yang sangat tinggi.
Metode manajemen klasik tak lagi bisa dilakukan. Perencanaan, asumsi, dan perkiraan hanya akurat jika didasarkan dalam jangka waktu panjang, riwayat pengoperasian yang stabil, dan lingkungan yang relatif. Ketiganya sama sekali bukan karakteristik yang sesuai dengan startup.
Kesalahan beruntun umumnya terjadi setelah kegagalan pertama. Bila manajemen tradisional dirasa gagal menyelesaikan masalah, kebanyakan startup memilih prinsip “just do it” yang justru menambah kekacauan dalam perjalanan.
Startae Team/Unsplash
Menurut buku The Lean Startup: How Today's Entrepreneurs Use Continuous Innovation to Create Radically Successful Businesses, lean startup adalah metodologi yang dirancang untuk menciptakan pengembangan produk inovatif yang menekankan pada pengulangan kecepatan dan customer insight, serta mengusung visi dan ambisi tinggi pada saat bersamaan.
Lean Startup Bisa diterapkan di berbagai skala perusahaan karena dasarnya adalah entrepreneurship.
Ada beberapa tahapan dalam lean startup:
Market Validation: memastikan bahwa problem yang kita asumsikan benar-benar ada dan terjadi pada banyak orang. Perusahaan akan melakukan assesment, survet, penggunaan landing page.
Product Validation: memastikan bahwa konsep solusi/prototype solusi yang dibangun adalah yang paling efektif yang dapat menjawab problem valid pada tahap market validation.
Business Validation: memastikan bahwa proses penyelesaian pada tahap dua memang memiliki nilai bisnis. Tahap ini juga mencakup pencarian model bisnis yang sustainable dan mampu bertumbuh secara eksponensial di masa depan untuk skema problem-solusi pada tahap 1 dan 2.
Rawpixel/Freepik
Eric Ries, penulisnya menekankan metode ini pada sebuah proses yang dinamakan validated learning.
Perusahaan rintisan tidak dibangun hanya untuk menghasilkan keuntungan atau melayani pelanggan. Startup harus mempelajari suatu cara untuk membangun ekosistem berkelanjutan. Validated learning berarti proses belajar suatu startup yang divalidasi melalui serangkaian eksperimen dalam menguji coba visi mereka.
Beberapa elemen validated learning dalam konsep lean startup adalah actionable metrics, minimum viable product, split testing, pivot, innovation accounting, continuous deployment.
David Travis/Unsplash
Actionable metrics artinya membuat matriks yang jelas, terukur dan memiliki penilaian objektif. Actionable metrics harus mampu memahami sebab dan akibat dari suatu hal sehingga dapat dijadikan acuan bagi bisnis dan tindakan selanjutnya.
Minimum viable product artinya menciptakan produk baru yang mampu memberikan consumer insight secara optimal dalam cara yang mudah. Misalnya, membangun website dan database besar berisi informasi dan dokumentasi mengenai pasar. Selain itu, mengirimkan produk secara langsung ke pelanggan, dan melakukan perbandingan produk. Semua usaha ini dilakukan untuk melihat bagaimana permintaan pelanggan.
Split testing dilakukan dengan menguji produk dengan versi berbeda pada dua kelompok konsumen di saat yang bersamaan. Tujuannya untuk mengukur perbedaan tingkat respon antara dua kelompok tersebut.
Pivot artinya desain struktur koreksi alur kerja untuk mencoba hipotesis fundamental baru tentang produk, strategi, dan pertumbuhan. Saat sebuah perusahaan melakukan pivot, mereka akan melakukan suatu proses dari awal lagi, menetapkan landasan baru dan memulainya dari sana. Pivot yang berhasil ditandai dengan produktivitas yang lebih tinggi dari kondisi sebelum melakukan pivot.
Innovation accounting mengubah leap-of-faith menjadi suatu model keuangan kuantitatif. Innovation accounting berfokus pada cara mengukur kemajuan, menetapkan pencapaian, dan memprioritaskan pekerjaan.
Ada tiga langkah untuk memulainya, yakni menggunakan minimum viable product untuk memperoleh gambaran keadaan perusahaan saat ini. Data soal bagaimana posisi perusahaan Anda saat ini sangat penting bagi pengembangan usaha di masa depan. Langkah kedua yakni mengarahkan perusahaan dari baseline menuju ideal. Banyak upaya yang dibutuhkan, salah satunya melakukan semua perubahan mikro dan mengoptimalkan produk. Ketiga adalah menentukan keputusan untuk melakukan pivot atau bertahan.
Continous deployment adalah proses penerapan semua kode yang tertulis dalam aplikasi dalam proses produksi. Efeknya ialah penurunan waktu siklus secara dramatis dan terbukanya inisiatif individu.
Setelah memahami seluruh elemen tersebut, Anda perlu menekankan prinsip build-measure-learn sebagai dasar dari Lean Startup. Semua proses akan dilandaskan ke sana, yakni bagaimana mengubah ide menjadi produk, mengukur respon konsumen, dan memutuskan apakah akan melakukan pivot atau bertahan.
Sumber
Eric Ries. (2011). The Lean Startup: How Today's Entrepreneurs Use Continuous Innovation to Create Radically Successful Businesses.
https://investor.id/it-and-telecommunication/menkominfo-banggakan-pertumbuhan-startup-ri
https://sis.binus.ac.id/2018/03/22/lean-startup/
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/ieoj/article/download/20398/19228