Saat pandemi dan krisis melanda, usaha tak bisa lagi sekadar mendahulukan kepentingan pribadi. Empati justru menjadi nilai tambah yang dapat menarik konsumen. Kewirausahaan sosial adalah konsep tepat dalam mempertahankan usaha kala pandemi.
Anna Earl/Unsplash
Melansir buku Sukses Membangun Kewirausahaan Sosial, istilah kewirausahaan sosial sesungguhnya tak bisa dilepaskan dari istilah kewirausahaan. Menilik istilah kewirausahaan sendiri, ada beberapa aliran utama yang kerap menjadi fokus utama penelitian. Pertama, mengenai hasil dan dampak dari suatu kewirausahaan. Kedua, meneliti kewirausahaan dari sudut psikologi dan sosial. Ketiga, fokus pada manajemen kewirausahaan.
Konsep kewirausahaan konvensional mengacu pada proses identifikasi, evaluasi, dan ekspoloitasi peluang untuk menghadirkan produk atau layanan baru sebagai output untuk dijual dengan harga yang lebih tinggi dari biaya produksi. Berdasarkan pemaparan ini, tampak bagaimana kewirausahaan memfokuskan bisnisnya dalam memperoleh laba atau keuntungan.
Pada sisi lain, kewirausahaan sosial sebetulnya tak luput dari proses identifikasi, evaluasi, eksploitasi peluang selayaknya kewirausahaan bisnis. Meski begitu, peluang yang mereka ambil nantinya akan difokuskan dalam memberikan kontribusi ke masyarakat.
Permasalahan sosial menjadi akar timbulnya kewirausahaan sosial. Sejadinya, kewirausahaan sosial adalah proses pemanfaatan berbagai sumber daya dan solusi inovatif untuk menjawab masalah sosial yang ada pada masyarakat. Untuk itulah, sulit menjadi seorang wirausahawan sosial bila masih condong pada keuntungan pribadi.
Joel Muniz/Unsplash
Ada beberapa jenis atau bentuk kewirausahaan sosial yang umum dipraktikkan.
Pertama, organisasi berbasis komunitas. Organisasi semacam ini dibuat untuk menyelesaikan permasalahan spesifik di masyarakat. Contohnya, menyediakan fasilitas pendidikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus atau panti sosial untuk anak terlantar.
Kedua, Socially responsible enterprises. Kewirausahaan sosial yang satu ini berbentuk perusahaan yang melakukan usaha komersial untuk mendukung atau membiayai usaha sosialnya. Umumnya, hal ini diwujudkan dalam sebuah wadah atau lembaga yang merupakan perpanjangan kesadaran sosial dari sebuah bisnis. Boleh dikatakan jika lembaga ini berfungsi sebagai pihak yang menjalankan program “corporate social responsibility” atau CSR dari sebuah perusahaan.
Ketiga, kewirausahaan sosial berupa Social Service Industry Professionals. Definisinya adalah pengusaha yang menjadikan industri layanan sosial sebagai pelanggan mereka.. Pengusaha ini inovatif dan memperhitungkan risiko bisnis, tapi salah satu tujuan mereka adalah memberikan manfaat pada masyarakat. Misalnya sebuah perusahaan event planner yang bekerja sama dengan yayasan kesehatan tertentu untuk membuat acara-acara dengan tujuan mengumpulkan dana amal. Kerjasama ini memungkinkan perusahaan untuk meluncurkan projek baru yang melibatkan organisasi nirlaba namun mampu menciptakan image yang baik untuk menebus pasar public relations dan mengunggulkan layanan mereka.
Keempat, socio-economic or dualistic enterprises. Bentuk kewirausahaan sosial ini menjalankan usahanya berdasarkan prinsip sosial. Misalnya, melakukan daur ulang sampah rumah tangga, mempekerjakan karyawan disabilitas, atau memberikan kredit mikro bagi masyarakat pedesaan.
Tampak jelas dari pemaparan di atas bagaimana penerapan kewirausahaan sosial dapat memunculkan solusi baru di tengah carut marut ekonomi akibat COVID-19. Jenis kewirausahaan satu ini dapat meningkatkan kepedulian dan solidaritas dalam membantu menggerakkan lagi ekonomi tanah air.
UMKM adalah salah satu pihak yang dapat diberdayakan atau menjadi partner dalam kesuksesan penerapan kewirausahaan sosial. UMKM merupakan aspek penting yang menjadi titik balik kebangkitan ekonomi nasional saat krisis terjadi tahun 1998 dan 2008.
Peran kewirausahaan sosial mulai diperkuat. Pemerintah tak sekedar memberikan bantuan langsung pada pelaku usaha, namun juga memberikan insentif bagi wirausaha sosial untuk menarik lebih banyak usaha kecil dalam bisnis mereka. Menteri Sosial Republik Indonesia bahkan telah mendorong program kewirausahaan sosial sebagai salah satu usaha untuk bertahan di tengah pandemi.
Pemerintah telah menggemborkan program kewirausahaan sosial dalam 3 tahap yang dinamakan Triple Track (3T). Ketiganya adalah bantuan sosial insentif modal usaha, mentoring inkubasi bisnis, dan pendampingan sosial oleh Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan.
Untuk memulai menjadi wirausaha sosial tak sulit. Hal paling sederhana dapat dilakukan dengan meningkatkan peran produsen lokal atau UMKM lokal dalam bisnis Anda. Misalnya mengajak produsen lokal untuk membuat masker yang bisa ditambahkan sebagai produk bisnis Anda. Menurut Menteri Pratikno, kewirausahaan sosial semacam ini dapat membantu dua pihak sekaligus. Tak hanya masyarakat yang terbantu dalam mendapatkan barang, Anda juga turut meningkatkan pendapatan pelaku UMKM sebagai backbone perekenomian nasional.
Sumber
https://www.timesindonesia.co.id/read/news/278589/daya-ungkit-kewirausahaan-sosial-menerobos-pandemi-covid19
https://beritabaik.id/read?editorialSlug=gaya-hidup&slug=1588089122398-mengatasi-dampak-pandemi-dengan-berwirausaha-sosial
https://kemsos.go.id/kewirausahaan-sosial-sebagai-solusi-usaha-mikro-terdampak-covid-19
https://nasional.kompas.com/read/2020/05/02/19533051/di-tengah-pandemi-covid-19-mensesneg-ajak-masyarakat-saling-membantu-dengan
https://books.google.co.id/books?id=UZSSDwAAQBAJ&pg=PA6&dq=kewirausahaan+sosial&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwimrp_csfHqAhWVdn0KHcyzDHAQ6AEwAXoECAQQAg#v=onepage&q=kewirausahaan%20sosial&f=false
https://kemsos.go.id/kewirausahaan-sosial-simple-tidak-rumit-dan-mudah-diukur