Selama satu tahun pandemi berjalan, banyak adaptasi yang telah dilakukan, salah satunya di sektor bisnis. Muncul tren digital marketing baru yang sangat mempengaruhi jalannya bisnis ke depan, karena mengubah pola interaksi dengan konsumen. Mengadopsi tren digital marketing bisa menjadi salah satu cara bagi brand atau perusahaan untuk memahami kebutuhan konsumen yang terus berubah. Inilah sekelumit inisght dari TECHMinar Kreen Indonesia bertajuk The Importance of Trends in Digital Marketing.
Rizqi Mulyantara (HS, CEO DigiTiket) melihat bagaimana masa setahun pandemi telah mengubah sumber pendapatan dari beragam bisnis. Saat ini, muncul tren digital marketing seperti AI, interactive content, user generated content, omnichannel communication, hingga social commerce akibat berubahnya pola konsumen dalam berbelanja.
Beberapa teknologi AI seperti chatbot, speech recognition, dan visual search sangat memudahkan konsumen dalam berbelanja online. Brand yang menggunakan teknologi ini diperkirakan bisa meningkatkan kenyamanan pelanggan dalam berbelanja atau memahami sebuah produk.
Begitu juga dengan interactive content, user-generated content, omnichannel marketing, maupun social commerce yang dapat memberi keuntungan brand di tengah meningkatnya aktivitas ekonomi digital.
Sedikit berbeda dari Rizqi, Christina Joan (Digital Marketing & Marketing Communication Consultant) memilih untuk menyorot marketing funnel dan customer journey. Menurutnya, tak sekedar mengikuti tren digital marketing yang ada, brand lebih baik memahami produk dan target pasar mereka. Tujuannya, agar komunikasi, tools, dan channel digital marketing yang diterapkan lebih tepat sasaran.
Apalagi, saat ini ada hambatan seperti isu privacy dan data ethic yang membuat brand tak bisa sembarangan memanfaatkan cookie. Cookie pada browser selama ini dimanfaatkan untuk mencari tahu soal keberadaan dan preferensi konsumen.
Di sisi lain, larangan pemakaian cookie untuk kebutuhan advertising mulai banyak diterapkan di berbagai negara. Kini, audiens pun semakin cerdas melalui pemakaian ads blockers sehingga brand tak bisa sembarang melakukan retargeting melalui digital advertising.
Joan melihat pentingnya bagi brand atau pemasar untuk memahami tahap tahap dalam marketing funnel seperti awareness, discovery, consideration, hingga seorang konsumen berakhir pada conversion atau brand advocacy.
Menurut Joan, inilah sebabnya kita tak bisa serta merta menyimpulkan bahwa penjualan suatu brand yang punya banyak followers pasti selalu tinggi. Sebab, viewers, visitors, fans, dan followers sejatinya masih berada pada level awareness.
Saat mereka berubah menjadi content reader, konsumen mulai masuk ke level consideration. Saat mereka membeli, itulah tahap conversion. Pada masa ini, kita harus mempertahankan para leads agar bisa menjadi prospect (bukan lagi konsumen tapi pelanggan), sehingga bisa masuk ke tahap selanjutnya yakni loyalti. Bila memungkinkan, ciptakan brand advocate dari para repeat customer ini sehingga Anda bisa memperoleh promosi secara sukarela dari mereka.
Kunci kesuksesan digital marketing di tahun 2021 adalah memahami customer journey, konten yang relevan, menciptakan transparansi dalam pengambilan data, mengoptimalkan satu platform, memiliki metode yang terukur dan accessible from home.
Lain lagi dengan Wasril Tanjung S.Pd, (Social Media Specialist) yang menceritakan kisah suksesnya dalam menerapkan digital branding. Menurut Wasril, banyak orang terkenal bukan karena tampil di tv, namun dengan membangun personal branding. Branding menjadi cara untuk membentuk persepsi audiens terhadap kalian.
Beberapa kunci untuk membuat konten dalam digital branding adalah menampilkan “suasana” brand yang ingin dicapai melalui soft selling, memberi bukti berupa prestasi, kegiatan, testimoni, memberikan konten informatif seperti berita, tips, dan hal unik lainnya. Wasril menekankan pentingnya untuk melakukan semua hal tersebut secara konsisten.
Kini, saatnya Wahidini Nur Aflah atau Dini (Digital Content Creator) membahas digital marketing dari sisi seorang creator. Ia memberikan sebuah insight unik: jika semua orang sibuk memakai trend tahun 2021, mengapa kita tak melihat jauh 5 tahun ke depan untuk mencari celah dan menghindari persaingan yang terlalu ketat?
Dini melihat pentingnya memantau trend bagi brand maupun creator. Lingkungan digital termasuk media sosial dan fitur barunya selalu berubah. Bila kita tak mau mengikutinya, bisa-bisa relevansi dan engagement kita sebagai brand akan menurun. Akibatnya, konsumen beralih pada brand lain yang dianggap lebih relate dan mampu memenuhi kebutuhan mereka.
Beberapa trend yang masih relevan hingga 2026 menurut Dini adalah nostalgia marketing, remixing UGC, voice content, dan subscription. Di masa pandemi, orang-orang cenderung suka melihat masa lalu sebelum wabah merubah kehidupan kita.
Dengan adanya fitur interaktif seperti stitch di TikTok, konten dari audiens bisa menjadi viral, dengan sedikit twist bisa dimanfaatkan sebagai alat marketing baru oleh brand. Konten format suara seperti Clubhouse memang sedang naik daun, begitu juga dengan aktivitas streaming secara legal yang mulai didukung oleh masyarakat asal tersedia kemudahan cara pembayaran.
Pada intinya, jangan sampai kita ikut-ikutan trend tanpa mengerti tujuan dan segmen sasaran kita. Joan menekankan pentingnya punya benchmark atau praktik strategi marketing secara mandiri sebelum melirik strategi kompetitor. Sehingga, kita bisa menyadari titik lemah dan hal-hal yang harus diperbaiki dari strategi digital marketing tersebut.
Hal ini diamini oleh Rizqi. Menurutnya, jika kita asal ikut-ikutan, persepsi konsumen tetap akan mengarah pada brand yang menciptakan trend untuk pertama kali. Keberhasilan strategi digital marketing yang serupa pun belum tentu sama. Malah bisa jadi kurang relevan dengan audiens dari si brand itu sendiri.
Setelah kita berhasil menggaet audiens atau konsumen baru, saatnya membangun bisnis yang sustainable. Sebagai creator, kita sebaiknya memperkuat interaksi dengan followers atau fans dengan membalas pesan dan komentar mereka. Kita juga perlu menunjukkan sisi original diri kita dan memperlakukan mereka sebagai teman.
Sedikit berbeda, Rizqi memberikan tips bagi para brand yakni “kalau sebuah produk ingin dibeli, maka ia harus terlihat.” Inilah pentingnya melakukan product placement dan retargeting. Joan juga memberikan rekomendasi seperti edukasi produk, retention, dan remarketing untuk memperkuat kemunculan produk kita di market yang tepat.
Tips paling penting bagi bisnis adalah memahami digital marketing funnel sekaligus consumer journey. Sehingga, nantinya kita bisa menentukan tipe komunikasi, tools, dan channel yang paling tepat untuk berkomunikasi dengan mereka.