TECHMinar Kreen Indonesia bertajuk Data is The New Gold memerlihatkan bagaimana data dapat dijadikan sumber cuan baru. Ketiga pembicara yang merupakan pakar big data dari berbagai sektor menyepakati bahwa data dapat mentransformasi usaha paling kecil sekalipun.
Rudy Rusdiah selaku Chairman Asosiasi Big Data Indonesia menekankan bagaimana data disebut new gold saking pentingnya. Ada 3 bagian dalam pengelolaan data yang sangat penting diperhatikan.
Pertama, menjaga data veracity. Menurutnya, kita perlu menjaga kualitas data agar senantiasa trusted dan kredibel, terhindar dari hoax sehingga bisa memperoleh insight yang baik. Kedua, soal data security breach. Maraknya pembobolan data membuat aspek keamanan data harus dibekali dengan firewall yang lebih canggih karena posisi data semakin tersebar. Ketiga, mengenai proteksi atas privasi data. Sangat penting bagaimana suatu perusahaan pengontrol data memiliki kebijakan dalam mengelola dan memanfaatkan data konsumen atau pengguna mereka.
Pungky Sulistyo selaku Country Product Manager HPE menyoroti kesulitan dalam penggunaan big data yang dialami perusahaan. Salah satunya value yang terlalu beragam dan masalah security. Hawlett Packard berusaha menyediakan solusinya melalui penyeragaman value dan software original yang tak semudah itu diinstalasi untuk menanggulangi pencurian data.
Data adalah strategic asset bagi perusahaan. Data menjadi bahan dalam menyusun perencanaan, anggaran, dan kebijakan. Rudy menyodorkan SMART Strategy sebagai langkah sebuah bisnis dalam menerapkan big data ke dalam perusahaan. Kepanjangan SMART adalah Strategy, Mining (Pengumpulan dan pengukuran data), Analize, Report, dan Transform.
Senada dengan Rudy, Nabil Badjri yang merupakan Chief Business Development IYKRA meyakini bahwa big data bisa menjadi data point yang berguna sebagai pembentukan sebuah value. Ia menjelaskan bahwa big data jauh lebih kompleks namun juga lebih bermanfaat. Dibanding data konvensional yang berupa transaksi tunggal, big data mencakup interactional data yang dapat merekam customer behaviour dan customer journey. Data ini tentu bisa memberikan insight dalam penciptaan produk dan layanan yang lebih dekat dengan kebutuhan konsumen.
Ketiga narasumber sepakat bahwa penerapan big data di Indonesia masih terhambat dari segi regulasi dan edukasi. Big data menuntut sebuah aturan yang bisa memberikan batasan jelas antara privasi data pengguna dan kebutuhan perusahaan untuk mengeksploitasi data. Nabil tak memungkiri bahwa exchange data bagi perusahaan sangat penting dalam penciptaan produk dan layanan yang lebih tepat guna. Di sisi lain, perusahaan perlu memahami batasan mengenai data-data yang bisa dieksplor dan proses dalam pengumpulan dan penyimpanannya.
Edukasi big data di universitas pun dinilai masih berjalan cukup lambat. Masyarakat perlu belajar dari sumber lain dan membuka jejaring seluas-luasnya, melalui online course atau lembaga pelatihan seperti IYKRA.
Penggunaan big data sejatinya dapat dilakukan dari hal-hal kecil seperti menggunakan fitur pengumpul data di Facebook dan Instagram. Aktivitas ini dapat menjadi langkah sederhana sebuah usaha kecil untuk mulai memanfaatkan big data supaya mampu beradaptasi selama dan sesudah pandemi. Tak dapat dipungkiri bahwa big data memiliki manfaat untuk melakukan riset pasar, memahami perubahan dan mengantisipasi resiko bisnis yang dapat terjadi.