Techminar Kreen Indonesia 17 Agustus 2020 kemarin mengusung tema Digitalisasi UMKM. Antusiasme peserta yang sebagian besar terdiri dari pelaku usaha diharapkan dapat mendukung makin banyaknya usaha kecil yang beralih ke digital sekaligus mendukung suksesnya program UMKM Go Digital.
Deasy Nurmalasari yang merupakan General Manager Karyanusantara.co.id sekaligus anggota UKMIndonesia.id sangat mendukung pembelajaran digital marketing bagi pelaku UMKM. Pasalnya, Indonesia dinilai telah memiliki modal dari segi pengguna internet dan kebiasaan mereka berbelanja online.
Karyanusantara.co.id sendiri adalah platform yang membantu penjualan UMKM setelah mereka melewati serangkaian proses standarisasi. Menurut Deasy, UMKM di Indonesia mengalami missing middle. Artinya, ada perbandingan yang cukup timpang antara jumlah usaha mikro dengan usaha kecil, menengah, dan besar. Sekitar 98.7% UMKM di Indonesia baru terdiri dari usaha mikro saja.
Hal ini bukan tanpa alasan, pasalnya Deasy sering menemui UMKM yang hanya mengandalkan feeling dalam pembuatan produk. Akibatnya, tidak ada konsistensi dalam kualitas. UMKM juga susah naik kelas karena kesulitan modal dan kesulitan pasar. Meningkatkan kemampuan manajemen usaha, branding, promosi, dan packaging bisa menjadi salah satu cara untuk menanggulangi permasalahan ini.
Menurut Deasy, UMKM perlu memilih jenis media sosial dan media online yang tepat sesuai fungsinya masing-masing misal katalog menu, pamer profil usaha, komunikasi dengan pelanggan, atau melayani keseluruhan proses transaksi.
Sebagai pendiri beberapa brand usaha, Edward Hendra Surya menekankan pentingnya go-digital yang memangkas waktu promosi dan bisa menaikkan kuantitas konsumen dalam sekejap. Contohnya bisa dimulai sesederhana membuat promo dan give away di media sosial.
Mary Caroline yang merupakan Account Manager Creative Agency Garis Temu mengatakan bahwa langkah pertama memulai strategi media sosial adalah menentukan market. Hal ini akan berpengaruh pada karakteristik konten untuk brand. Pasalnya, konten yang tepat sasaran akan menggunakan tone, ide, persepsi, dan pemikiran sesuai target yang diincar.
Mary menekankan bahwa hendaknya suatu brand memiliki identitas yang disebut persona. Hal ini akan membuat brand lebih relatable karena tampak seperti manusia, bukan robot yang terprogram. Keseluruhan proses lantas ditunjang dengan menciptakan interaksi yang murni dan komunikasi yang konsisten dengan konsumen.
Ketiga pembicara sepakat bahwa membangun brand lewat strategi media sosial tak bisa tercipta secara instan. Bila belum mampu menyusun dan mengatur konten, ada baiknya menggunakan jasa tambahan dari orang yang berpengalaman. Selain itu, proses pembuatan konten dan interaksi dengan konsumen hendaknya dilakukan dengan konsisten.