Satu kesimpulan penting dari TECHMinar Kreen Indonesia berjudul “How To Start Up Digital Marketing Business” adalah bahwa pemasaran online atau digital marketing adalah siklus berkelanjutan yang tak dicapai dengan instan.
Hal ini diungkapkan Daniel Sastra Amidjaja yang merupakan seorang certified coach Digital Marketing. Ada tiga pilar penting yang menurutnya harus dipahami saat membahas digital marketing. Ketiganya tak lain adalah audiens, konten, dan platform. Selain itu, dalam menjalankan digital marketing, ada sebuah journey yang dialami customer dalam beragam tahap funneling yang dilakukan pemilik usaha.
Customer tak langsung mau membeli produk kita. Ada tingkatan yang dilalui mulai dari targeted stranger menjadi followers/engagers (mengikuti brand atau tertarik dengan konten), selanjutnya menjadi leads (calon pembeli potensial yang mulai menjelajah katalog pada website), kemudian customer (melakukan pembelian), hingga promoter (pembeli yang senang dan menjadi semacam brand ambassador untuk produk kita).
Soal channel, Jordy Wong Sidarta yang merupakan mentor bisnis dan pemasaran online memberikan tips dalam menarik pengguna media sosial seperti Instagram. Menurutnya, perlu ada copywriting yang menarik. Headline yang dianggapnya sebagai bagian terpenting copywriting harus mampu membuat pembaca berhenti scrolling dan memperhatikan konten kita.
Dalam pembuatan headline yang menarik, sebaiknya Anda memfokuskan diri pada target market secara spesifik. Selain itu, gunakan headline berbentuk pertanyaan “bagaimana, dan kata-kata magic seperti rahasia, tips, mudah, murah, cepat, gratis, bonus, dan diskon. Anda juga perlu membuat tips yang edukatif sebagai konten Anda.
Tips lain datang dari Fikri Kurniawan yang merupakan SEO & Google Ads Expert. Ia yang banyak berkecimpung dalam dunia iklan google melihat bahwa pendekatan mesin pencari ini sedikit berbeda dari promosi di media sosial.
Menurutnya, Google Ads dan SEM sangat efektif bagi pemasaran online sebuah usaha yang memang telah jelas kebutuhannya. Sementara, media sosial lebih pas dipakai dalam upaya digital marketing jenis produk tersier yang sebetulnya lebih pada “keinginan” bukan kebutuhan.
Pasalnya, saat seseorang mengetik sesuatu pada mesin pencarian, hal tersebut bukan atas rasa iseng semata, melainkan karena telah memiliki kebutuhan tertentu yang harus dicarikan solusinya. Hal inilah yang disebut micro moments dan mesin pencari berperan sebagai penyedia alternatif jawaban-jawaban yang potensial bagi konsumen.
Dalam mengiklankan jenis usaha yang sudah jelas permintaan pasarnya ini, Anda bisa memakai search engine marketing atau membayar pada Google agar iklan Anda tampil di halaman pencarian pertama. Bisnis lokal juga bisa didaftarkan secara gratis lewat Google My Business. Cara terakhir adalah menggunakan SEO yakni mengutak-atik website agar bisa tampil di halaman pencarian pertama.
Yophie Suryadi, Founder & CEO MTARGET yang lebih banyak bergerak di bidang email marketing memberikan tips berguna lainnya yakni memahami 360 degree of Digital Marketing. Anda perlu membangun digital presence sebagai langkah pertama. Hal ini bisa dilakukan lewat membangun website. Setelahnya, barulah optimalkan SEO, customer communication, outbound email, inbound lead nurturing, social, dan content.
Digital Marketing Workflow adalah elemen lain yang perlu menjadi perhatian. Anda sebagai pemilik usaha harus membuat goals tertentu sehingga bisa menentukan media yang tepat.
Misalnya, bila goal Anda ialah membangun awareness atau membangun ketertarikan seseorang terhadap produk Anda, pakailah media sosial. Namun, jika goal Anda adalah nurturing atau menjaga konsumen yang telah berpaling pada produk Anda, pakailah email marketing & otomatisasi.
Kesalahan yang sering dilakukan pemula digital marketing adalah menggunakan nama yang tidak sama di berbagai media, terlalu hard selling, sering melakukan labelling pada pelanggan, beli followers, menjual produk pada pelanggan kompetitor tanpa perkenalan yang memadai, hingga latah mencoba berbagai metode tanpa benar-benar mendalaminya.
Keempat pembicara setuju bahwa pada dasarnya digital marketing bukanlah sesuatu yang bisa diprediksi dan membutuhkan banyak trial dan error sebelum bisa mencapai hal yang diinginkan. Jangan lupa sesuaikan upaya digital marketing dengan resource yang dimiliki dan tak berhenti belajar.