TECHMinar Kreen Indonesia berjudul Under the Influence: Social Content Special Edition menghasilkan kesimpulan menarik tentang pentingnya membangun hubungan jangka panjang dalam strategi influencer marketing.
Innes Sah Putri (Influencer Operation Manager at POPS Worldwide Indonesia) melihat bagaimana masing-masing tier influencer memiliki benefit dan tujuan marketing yang berbeda. Mega influencer paling tepat untuk meningkatkan awareness, macro influencer paling baik dalam menyampaikan storytelling, sementara micro influencer untuk engagement dan nano influencer paling pas untuk mencapai conversion.
Dalam influencer marketing strategy, penting untuk fokus pada media sosial tertentu karena masing-masing memiliki karakteristik berbeda yang tentu perlu diselaraskan dengan karakter brand.
Influencer marketing makin diminati karena mampu memicu kehadiran user-generated content, rate jasanya yang cukup bersahabat, serta mampu memenuhi kebutuhan digital ads.
Tren yang muncul dari influencer saat ini adalah kemunculan angkatan influencer baru sesuai pertumbuhan jenis media sosial, kemunculan marketplace untuk influencer, meningkatnya micro influencer, dan sistem affiliate marketing.
Sementara, dalam perkembangannya, influencer pun sering bersinggungan dengan strategi marketing lainnya. Influencer dianggap sebagai right voice dari sebuah campaign. Dalam konten-konten mereka, ada regulasi tak tertulis seperti penggunaan hashtag #ad atau #featurepaid partnership).
Fajrin Sahaf, Head of Influencer Strategy di Creative Media United menekankan pentingnya brand dalam melakukan riset kompetitor sejenis, tentang bagaimana mereka menciptakan konten yang mampu merangkul target audiens. Konten yang dibuat harus mampu memenuhi ekspektasi audiens dan tak asal mengikuti trend. Ia juga menjelaskan kebutuhan akan editorial plan mingguan agar konten lebih tertata.
Menurutnya, interaction dan engagement jauh lebih penting daripada sekedar pemenuhan unsur estetik. Ia juga mengcounter kesalahan pemikiran banyak perusahaan yang langsung mengharapkan influencer untuk menjual produk dalam waktu singkat.
Influencer is not a salesperson. KPI utama mereka adalah meningkatkan brand awareness dan meningkatkan kepercayaan pelanggan.
Stella Josowidjojo (PR & Influencer Marketing Lead at ALOWALO) menjelaskan pentingnya memilih influencer yang tepat dan sesuai dengan brand. Ia juga mengingatkan brand agar senantiasa mengacu pada KPI dan objektif dalam menjalankan influencer marketing strategy. Komunikasi yang konsisten dan brief yang detail juga dapat membantu melancarkan strategi marketing melalui influencer.
Pendapat menarik tentang influencer marketing strategy datang dari Tita Djumaryo, Founder Ganara Art Space. Ia menjelaskan pentingnya brand untuk membangun identitas yang kuat dan tak sekedar mengandalkan influencer marketing semata.
Seperti yang dijelaskan dari pendapat keempat speaker sebelumnya, influencer marketing strategy sebagai digital marketing sebaiknya dibarengi dengan strategi lainnya. Misalnya, jangan sampai brand kehilangan momentum untuk berinteraksi langsung dengan audiens selama campaign influencer berjalan.
Di tengah pandemi yang memaksa perusahaan memangkas biaya marketing, rupanya influencer menjadi salah satu strategi yang diprioritaskan bahkan memperoleh alokasi khusus.
Kini, bentuk kerjasama dengan influencer pun tak sekedar pembayaran dengan cash, melainkan juga sharing profit, product barter, atau voucher untuk audiens atau followers mereka. Untuk itulah, sangat penting untuk membangun build long term relationship dengan influencer agar masing-masing mampu mengalami pertumbuhan positif di era digital ini.