Membahas esport ternyata tak sekedar berkutat di profesi gamers, namun juga melibatkan slot profesi lain seperti jurnalis, ahli gizi, maupun broadcaster. Sebab, bicara esports sebetulnya mencakup orang di panggung maupun di belakang panggung. Inilah mengapa peluang di esports sebenarnya masih sangat besar, seperti kata panelis di TECHMinar Career & Opportunity in Esports.
Menurut Anang Yudi Riyanto (Founder RBJ Esports), era digitalisasi membuat perkembangan esports semakin pesat, terutama dengan adanya media sosial, sehingga memunculkan persebaran berbagai jenis konten. Sebut saja upcoming event, berita, highlight pertandingan, data, funfact, maupun drama.
RBJ, media esports yang dinamai sesuai kota asalnya yakni Rimbo Bujang di Jambi memberikan tips bagi Anda yang ingin membuat media esports sendiri. Anang, sebagai founder RBJ merekomendasikan kita untuk terus berpikir out of the box dan membuat konten dengan perspektif berbeda dibanding media esports yang sudah ada dan lebih dulu populer.
Anang juga menekankan pentingnya membangun identitas media yang kuat dari segi warna dan visual, selalu aware dengan data dan insight, serta membuat jadwal tayang konten secara rutin dan memilih anggota tim yang kompeten.
Saat ini, tim esports lokal dari daerah yang masih sulit dijangkau rata-rata masih belum mendapat spotlight, sehingga akan baik untuk menjadikan mereka sebagai fokus utama dengan liputan yang komprehensif.
Tzetta Jati Pratcoyo (Account Manager Mineski Indonesia) membuat analogi esports selayaknya industri entertainment yang lain seperti talkshow dan film.
Ekosistem esport tak hanya didominasi oleh player atau gamer, namun juga orang-orang di belakang panggung yang berkontribusi dalam menyukseskan acara. Contohnya saja publisher, developer, organizer, pro player, maupun influencer. Menariknya, tak semua orang yang berkecimpung di esports handal dalam bermain game. Mereka hanya perlu memiliki kemampuan sesuai job description yang mereka pegang.
Sedikit berbeda dengan dua panelis lainnya, Gerry Eka Asmara (Talent, Host/MC Revival TV) memberikan insight mengenai kemampuan public speaking terkait dengan profesinya sebagai host.
Menurutnya, sebagai pembawa acara maupun broadcaster, kita harus memahami audiens dan materi yang akan kita bawakan. Kita juga perlu mengerti ekspektasi mereka, sehingga perlu ada persiapan berupa rencana susunan kata hingga detail gestur.
Tantangan yang dihadapi esports Indonesia saat ini adalah belum meratanya akses terhadap esports di beberapa daerah. Anang menekankan pentingnya kerjasama pemerintah daerah. Selain itu, banyak dari mereka yang belum tahu jalur dan peluang di esports yang tak melulu menjadi atlet.
Di sisi lain, Gerry juga menambahkan bahwa sebetulnya banyak atlet yang berasal dari luar kota-kota metropolitan, contohnya RRQ Lemon dan Tuturu. Sehingga, Gerry dan Jati melihat bahwa masyarakat yang berminat pada esports sebetulnya dapat berkontribusi dengan lebih aktif mencari informasi dan peluang lain dalam rangka membangun ekosistem esports Indonesia.
Untuk menjadi influencer, publikasi, maupun media esports yang berhasil, sangat penting untuk membangun identitas yang khas. Dengan strategi Amati, Tiru, dan Modifikasi, akan lebih baik mencoba sesuatu yang berbeda dan belum pernah dilakukan. Sebab, pada akhirnya, terlepas dari platform dan strategi boosting yang kita pakai, kualitas konten dan apa yang kita sampaikan lah yang akan menarik audiens.
Bagi tim baru, jangan segan untuk mengikuti sebanyak mungkin kompetisi. Sebab, selain mencari benefit hadiah, players akan terbiasa berada di lingkungan kompetitif dan seluruh tim akan mendapat koneksi baru hingga peluang sponsorship. Apalagi karena saat ini seluruh pertandingan sedang diadakan secara online, sehingga akses nya tak akan sesulit saat offline.
Bagi ketiga panelis, peluang esports Indonesia masih sangat besar dan masih membutuhkan kiprah anak-anak muda. Sekarang kendalinya ada pada keinginan dan tekad generasi ini untuk membangun ekosistem esports yang lebih berkembang.