Ekonomi digital di kawasan Asia Tenggara meningkat pesat sejak pandemi COVID-19. Bahkan, menurut laporan e-Conomy SEA yang dirilis Google, Temasek, dan Bain & Company, jumlah startup unicorn di Asia Tenggara tahun ini bertambah satu menjadi 12.
Adapun ke-12 unicorn di Asia Tenggara kini terdiri dari Bigo, Bukalapak, Gojek, Grab, Lazada, Razer, OVO, Sea Group, Traveloka, Tokopedia, VNG, dan VNPay.
Tahun 2020, ekonomi digital Asia Tenggara mencatatkan nilai 100 miliar dollar AS, bahkan diperkirakan melampaui 300 miliar dollar AS pada 2025.
Hal ini tak lain disebabkan oleh tingginya penggunaan internet selama masa lockdown. Rata-rata orang di Asia Tenggara terkoneksi dengan internet selama lebih dari satu jam untuk melakukan berbagai aktivitas digital, termasuk belanja online. Inilah mengapa perkembangan layanan digital seperti keuangan, HealthTech, dan EdTech semakin diperlukan untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada di masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia sendiri mencapai 11 persen pada tahun ini, atau senilai 44 miliar dollar AS. Indonesia menjadi negara dengan pasar ekonomi internet terbesar di Asia Tenggara yang akan menjadi medan persaingan utama bagi platform-platform teknologi.
Beberapa waktu lalu, beberapa startup asal tanah air memang menyegel pendanaan dari investor-investor ternama, terlepas dari masa krisis yang dialami akibat pandemi.
Suntikan dana dari perusahaan besar dan multinasional ini tak sekedar menguntungkan dari segi modal semata. Investasi tersebut juga memungkinkan perusahaan rintisan untuk meningkatkan profil mereka di “muka” investor global lainnya.
Inilah mengapa semakin banyak orang yang berminat untuk mendirikan startup mereka sendiri.
Menurut data yang disajikan Asosiasi Modal Ventura dan Startup Indonesia (Amvesindo), bisnis Saas merupakan salah satu lini bisnis yang banyak dilirik oleh modal ventura untuk menanamkan uangnya. Bisnis Saas menjadi peringkat kedua dari perusahaan startup yang banyak mendapatkan pendanaan.
Beberapa jenis startup lainnya yang juga makin banyak dilirik oleh investor untuk didanai adalah sektor pandemic-proof. Sektor yang dimaksud adalah EduTech, HealthTech, logistik, dan eSport. Investor banyak mengincar sektor logistik baik di level B2B seperti pergudangan dan sewa truk atau C2C seperti instant online delivery. Fintech juga berhasil mengamankan 8 transaksi pendanaan sepanjang 2020.
Anda tertarik untuk mendirikan salah satu sektor bisnis startup ini? Jangan sembarangan memulai karena sejarah mencatat bahwa tak sedikit pula startup yang gulung tikar sebelum berhasil mengembangkan diri.
Menurut IDS Digital College, beberapa hal yang menjadi penyebab utama kegagalan startup adalah perencanaan yang kurang nyata, salah menentukan harga pasar, kurang memahami kebutuhan, kurang bisa bersaing dengan startup lain, pendapatan yang kurang sejak produk diluncurkan, serta kurangnya funding.
Lantas, bagaimana cara mendirikan startup yang sukses dan mampu bertahan dalam jangka panjang? Apa saja yang terjadi dalam “dapur” sebuah perusahaan rintisan?
Ikuti TECHMinar Kreen Indonesia berjudul “Build Your Own Startup Company/What You Need to Know About Start Up” tanggal 29 Desember 2020, pukul 13.30.
Acara ini akan menginspirasi Anda dengan kehadiran sederet pembicara ahli yakni Dr. Reza Zaki, S.H., M.H. (Ketua Rumah Imperium, Koordinator Umum Daerah Membangun), Elaeis Pratiwi (Mompreneur, Owner of Alwafa Hijab, Co-founder Sihati Official), serta Mia Aisyah Putri (Talent Acquisition, Consultant Lead of Impactfind, StartUp Enthusiast).
Daftar sekarang untuk mendapatkan ilmu dan e-certificate secara gratis! Jangan lewatkan kesempatan memperoleh doorprize di akhir acara.
Sumber
https://money.kompas.com/read/2020/11/24/200500026/ekonomi-digital-tumbuh-di-tengah-pandemi-kini-asia-tenggara-punya-12-startup?page=all
https://tekno.kompas.com/read/2020/12/07/09240097/ketika-startup-indonesia-jadi-idaman-perusahaan-teknologi-amerika?page=all
https://keuangan.kontan.co.id/news/ingin-menjadi-nam-do-san-ini-pilihan-bisnis-startup-yang-banyak-dilirik-investor
https://ids.ac.id/6-alasan-utama-dibalik-banyaknya-startup-yang-gulung-tikar/