Dunia start up mengalami pasang surut yang cukup fluktuatif di tahun 2020. Sejumlah start up berhasil meresmikan pendanaan, sementara beberapa lainnya terpaksa gulung tikar sebagai dampak wabah COVID-19. Apa yang terjadi di dunia start up Indonesia dan apa yang patut kita nantikan pada tahun 2021?
Slidebean/Unsplash
Pertumbuhan start up di Indonesia sejak 2016-2020 patut diapresiasi. Selama rentang 2016 hingga 2018 saja, Indonesia berhasil menelurkan 584 perusahaan rintisan.
Tahun 2019, Indonesia merangsek masuk dalam posisi lima dunia dengan jumlah start up sebanyak 2.193, di bawah AS, India, Inggris, dan Kanada.
Tak hanya unggul secara kuantitas, kualitas start up di Indonesia pun dibuktikan dengan kemunculan empat unicorn (valuasi lebih dari 1 juta dollar AS) dan satu decacorn (valuasi lebih dari 10 juta dollar AS). Valuasi pasar unicorn dan decacorn itu juga mendominasi dunia startup Asia Tenggara.
Nama-nama start up dalam kategori tersebut di antaranya Gojek (11 miliar dollar AS), Tokopedia (7 miliar dollar AS), Traveloka (4,5 miliar dollar AS), OVO (2,9 miliar dollar AS), dan Bukalapak (12 miliar dollar AS).
Selain valuasi, beberapa perusahaan rintisan asal tanah air juga berhasil menyegel pendanaan dari investor ternama. Hingga kuartal III/2020 saja, investasi yang tercatat mencapai US$1,9 miliar atau Rp26,6 triliun. Totalnya dijumlahkan dari transaksi 52 buah startup dengan rincian sebagai berikut: fintech (8 start up), edutech (6 transaksi), Software as a service (SaaS) 6 transaksi.
Kopi kenangan menjadi salah satu start up yang memperoleh pendanaan cukup besar di tengah pandemi. Start up di bidang F&B itu mendapat suntikan dana sebesar US$109 juta atau setara Rp1,6 triliun pada Mei lalu melalui pembiayaan Seri B yang dipimpin oleh Sequoia Capital (India).
Meski begitu, angka tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2019 karena investor menahan pendanaan dengan sejumlah pertimbangan.
Start up tanah air, Ruangguru juga berhasil meraih pencapaian lainnya yakni melanggeng ke dalam daftar 50 perusahaan pendidikan paling transformatif di dunia. Menurut Global Silicon Valley (GSV), startup edutech ini menjadi satu-satunya perwakilan dari Asia Tenggara.
Di tengah deretan kabar gembira ini, kita juga harus menerima pil pahit di sektor start up. Bulan Juli lalu, Gojek resmi menghentikan operasional layanan GoLife dan GoFood Festival.
Beberapa perusahaan rintisan yang terdampak cukup berat pun memutuskan mundur dari persaingan bisnis. Sebut saja Airy yang mengumumkan tutup permanen pada 31 Mei 2020, dan Blanja.com (perusahaan joint venture antara PT Telekomunikasi Indonsia Tbk. (Persero) dan eBay) yang menutup operasionalnya sejak September lalu.
Kemenparekraf melihat bagaimana start up Indonesia banyak beralih strategi dari membakar uang ke pencarian keuntungan di tahun 2020.
Selama tahun 2020, pemerintah telah mendukung ekosistem start up melalui pengadaan program seperti Gerakan Nasional Siberkreasi, Program Digital Talent Scholarship, Gerakan 1.000 Startup dan Nexticorn guna mempertemukan investor dengan startup melalui konferensi di dalam dan luar negeri.
Pexels.com
Industri yang paling potensial memperoleh pendanaan di tahun 2021 adalah sektor terkait digitalisasi UMKM dan supply chain, social commerce, food-tech (startup terkait pangan), dan beauty.
Para ahli dan pengamat start up menyarankan para pemain foodtech untuk mulai berbenah dari sekarang. Di antaranya berinovasi dalam pemanfaatan teknologi untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi.
Jika menilik 2020, beberapa start up foodtech di Indonesia yang berhasil memperoleh pendanaan pada 2020 adalah Hangry US$3 juta, Kopi Kenangan US$ 109 juta, YummyCorp US$12 juta, Mangkokku dan Haus! masing-masing US$2 juta, serta Greenly yang tidak disebutkan nilainya.
Foodtech diprediksi masih akan menjadi sasaran empuk dari para pendana karena basis konsumen yang besar dan pasti di Indonesia. Tengok saja aplikasi agribisnis paling mudah digunakan yang kebanyakan adalah besutan startup foodtech lokal ini.
Beberapa hal yang dapat dipersiapkan calon-calon pendiri start up foodtech adalah kemampuan diversifikasi produk, model bisnis, maupun segmen pelanggan. Sedangkan, sejumlah tantangan foodtech tahun 2021 adalah standarisasi, prosedur operasional yang baku dan scalable, serta pola marketing terpadu dengan memanfaatkan jalur digital.
Tak hanya foodtech, beberapa kategori seperti e-health, edutech, e-logistics, dan e-grocery juga menjadi industri alternatif lainnya yang memiliki benefit di mata investor.
Hal yang harus menjadi catatan penting bagi start up di tahun 2021 adalah potensi pertumbuhan pasar, kemampuan beradaptasi, kualitas founders, serta model bisnis yang jelas dan penggunaan dana yang efisien. Sebab, kelima hal inilah yang kemungkinan menjadi fokus pertimbangan investor dalam menyeleksi perusahaan rintisan yang akan mereka danai.
Sumber
https://kominfo.go.id/content/detail/23975/di-wef-2020-menkominfo-pamerkan-pesatnya-perkembangan-startup-indonesia/0/sorotan_media
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20200123141713-206-468011/2020-tren-startup-mulai-cari-untung
https://www.99.co/blog/indonesia/perkembangan-startup-di-indonesia/
https://kanalsembilan.net/detailpost/mengupas-tren-dan-dinamika-pendanaan-startup-2020-2021
https://telko.id/tren-pendanaan-startup-278980/
https://teknologi.bisnis.com/read/20201221/266/1333599/ruang-bertumbuh-startup-foodtech-makin-besar-pada-2021