Masing-masing tipe fashionpreneur yakni owning brand atau reseller punya kelebihan dan kekurangan tersendiri. Kunci utama menjalani keduanya justru terletak pada mindset untuk tak sekedar berjualan, namun juga memahami seluk beluk product dan mengedukasi orang lain. Inilah sekelumit kesimpulan dari TECHMinar Fashion: Own Business vs Reseller.
Dyana Pratiwi Hananingtyas (Digital Marketing Executive & Fashion Enthusiast) menjelaskan plus minus masing-masing profesi. Menurutnya, jika kita memiliki brand sendiri, kita punya kebebasan dari segi inovasi dan kreativitas. Kita juga berkesempatan membuka peluang kerja untuk orang lain. Namun, sebagai pemilik brand kita ditantang dalam membangun brand awareness dan menyediakan waktu & tenaga yang tidak sedikit. Sementara, bila menjadi reseller atau agen fashion, penghasilan akan didapat lebih cepat dan tak perlu ribet memikirkan inovasi produk, namun usaha fashion kita sangat tergantung pada supplier.
Hal ini juga diamini oleh Elaeis Pratiwi (Owner of Alwafa Hijab, TOP AGEN Berl Kosmetik). Menurut Elaeis, jika Anda telah merasa punya kemampuan berjualan yang mumpuni, termasuk strategi marketing dan branding produk, pertimbangkan untuk memiliki brand sendiri. Sementara, jika Anda belum siap secara modal, reseller dapat menjadi jalur yang tepat untuk mengenali market dan belajar lebih mengenai leadership.
Poin utamanya, baik sebagai brand owner atau reseller, kita harus memiliki produk yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen dan mampu mengimbangi perilaku mereka. Hal ini dideskripsikan Tyas Windarti (CEO & Co Founder AGTATIS Grup) sebagai karakteristik agile atau kelincahan beradaptasi yang sangat penting bagi pebisnis di masa pandemi.
Tyas Windarti berulangkali menekankan bahwa reseller atau agen fashion pun memiliki tanggung jawab dan peluang yang setara dengan brand owner. Tak jarang, seorang reseller lebih sukses dan memiliki keuntungan lebih besar dari pemilik brand. Keduanya oun sama-sama perlu memahami product knowledge, target market, dan jalur distribusi. Sebab, seorang reseller yang ingin berkembang tak sekedar berjualan namun mempertahankan dan menjaga komunitasnya.
Elaeis yang kini adalah seorang pemilik brand pun memulai perjalanannya dari seorang reseller. Ia menyebutkan pentingnya memiliki value product dan branding journey yang kuat serta pengetahuan tentang bisnis dan marketing. Selain itu, seorang owner bisnis fashion juga perlu membekali dirinya dengan kemampuan leadership termasuk dalam menangani komplain dan melengkapi bisnisnya dengan tim yang solid.
Apa saja yang harus diperhatikan oleh pemilik brand saat pandemi? Memanfaatkan media digital termasuk media sosial sebaik-baiknya. Meski pengaruh influencer tak dapat dipungkiri, brand kecil yang baru memulai usaha pun kini dipermudah dengan tools gratis yang dapat diakses dari mana saja.
Dyana, Tyas, dan Elaeis memandang bagaimana branding sebetulnya tak melulu dibangun dengan memanfaatkan figur publik, melainkan konten yang informatif dan menarik. Bahkan, Elaeis melihat bahwa personal branding dari para pemilik brand kini justru lebih menyita perhatian audiens. Di sisi lain, saat kita tertarik menjadi reseller, konten-konten media sosial dari para brand/supplier ini pun dapat dipertimbangkan sebelum memutuskan untuk bergabung.
Diskusi semakin menarik saat membahas persaingan harga antar reseller di e-commerce yang seringkali berujung tak sehat. Sebab, perbedaan harga yang ditawarkan terlalu jauh. Inilah tugas pemilik brand fashion untuk memberikan ketetapan harga yang jelas dan spesifik, beserta sanksi tegas bagi reseller yang melanggar.
Sejatinya, tak semua owner akan “bermain” di e-commerce. Pemilik brand hanya akan meletakkan produk-produk tertentu di e-commerce karena perang harga tak bisa dielakkan apalagi jika sebuah brand gagal menyampaikan value mereka.
Tyas, Elaeis, dan Dyana sama-sama meyakini bahwa kunci utama sebagai pemilik brand atau reseller adalah komitmen, konsistensi, dan persistensi. Sebab, tren fashion akan terus berkembang, dan terlepas dari modal yang kita miliki, semuanya akan sia-sia tanpa niat untuk mengeksekusi dengan sabar.