Selama ini, kita mengenal rotan sebagai bahan penghasil mebel atau furnitur. Namun, sudahkah Anda memahami tren pemakaian rotan sebagai bagian dari ecofashion dan produk ramah lingkungan?
Flickr.com
Jika Anda semakin sering mendengar istilah ecofashion, simpan keheranan Anda karena pernyataan ini nampaknya memang semakin diprioritaskan komunitas fashion di negara-negara maju.
Apa itu sebenarnya Eco Fashion? Ecofashion adalah produk fashion yang diproduksi menggunakan secara ramah lingkungan baik berdasarkan material maupun prosesnya. Produk ecofashion menggunakan bahan pakaian lawas yang mengalami proses recycle atau bahan recycle siap pakai itu sendiri, contohnya botol plastik, kaleng soda, kertas koran, serat nanas, dan serat suji.
Eco fashion tak melulu dibuat dari serat organik. Lain halnya dengan istilah organic fashion yang diproduksi dengan meminimalisir dampak kerusakan pada lingkungan. Dalam organic fashion, langkahnya dimulai dari penanaman, pemeliharaan bahan baku, pengupasan, hingga proses lainnya.
Pada dasarnya, produk fashion yang ramah lingkungan dihasilkan melalui materi recycle atau daur ulang. Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat didayagunakan.
Dalam pandangan ecofashion, sampah atau limbah sebetulnya dapat dibuat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru.
Ecofashion atau sustainable fashion adalah bagian dari desain filosofi yang memiliki tujuan berupa penciptaan sistem yang mampu menyanggah dampak manusia terhadap lingkungan. Eco fashion tak sekedar fokus pada aspek bahan yang dipakai, dampak lingkungan yang dihasilkan, namun juga mencakup kesehatan pemakai dan daya tahan dari pakaian. Contohnya saja penggunaan bahan alami bebas pestisida, bahan recycleable, pakaian yang dibuat untuk bertahan lama dan tidak gampang rusak, serta menyediakan jaminan kesejahteraan bagi pekerjanya.
Hal ini menunjukkan bagaimana ecofashion sejatinya adalah perlawanan dan tren alternatif dari fast fashion yang lebih dulu populer. Baju konvensional tersebut memerlukan banyak sumberdaya, menghasilkan limbah berbahaya bagi lingkungan, dan seringkali mengabaikan kemaslahatan pekerjanya.
Rotan menjadi salah satu bahan yang banyak dipakai oleh sustainable brand karena sifatnya yang ringan dan tahan lama. Rotan masuk dalam kategori ramah lingkungan karena tanaman tersebut cepat tumbuh di hutan tropis yang lembab, sehingga rotan pun berperan dalam menjaga kelestarian hutan. Ia juga mudah terurai seperti bambu. Pengolahan rotan yang lebih banyak dilakukan secara manual melalui tangan pengrajin juga menjadi salah satu unsur penting ecofashion yakni penghematan energi.
Rotan sebagai fashion di Indonesia telah banyak mengalami perkembangan. Sejak tahun 2016, pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah berupaya menggalakkan branding eco-friendly melalui produk-produk rotan. Indonesia adalah penghasil bahan baku rotan terbesar dunia, namun sayangnya bukanlah produsen produk rotan terbesar. Padahal, dengan konsep ramah lingkungan, produk rotan punya prospek cerah untuk menggantikan produk-produk kayu.
Sebab, untuk membudidayakan rotan, kita harus melindungi hutan tropis. Bahkan untuk memanennya, kita tak boleh menebang pohonnya, justru harus melindunginya. Berdasarkan proses-proses ini saja tampak bahwa industri ecofashion rotan berpotensi memberikan dampak yang lebih minim, bahkan cenderung positif terhadap lingkungan sekitar.
Sebuah project dari Randi Miranda tahun 2019 menunjukkan bagaimana peran rotan dalam menghasilkan produk ecofashion yang dapat memberdayakan wanita di Kalimantan Tengah. Ketimbang memanfaatkan kayu, project ini mengajak komunitas rural setempat untuk memanfaatkan rotan dan berkontribusi lebih dalam proses deforestasi.
Efek jangka panjang yang diharapkan adalah menghindari emisi dan membantu mempromosikan produk (yang seringkali menjadi tantangan terbesar bagi masyarakat pedesaan) di pasar lokal dan internasional yang dapat membantu masyarakat memperoleh penghasilan tetap dari apa yang mereka lakukan terbaik.
Produk ecofashion dari rotan pun telah diperkenalkan lewat sustainable brand seperti Purana di Jakarta Fashion Week 2019 dan dipromosikan oleh figur publik seperti Syahrini. Tak luput Persit KCK yang mengadakan pelatihan virtual untuk mendukung UMKM penghasil rotan.
Selain daerah Kalimantan, daerah lain di nusantara seperti Aceh juga terkenal memiliki pengrajin rotan yang kini mengalami masa surut akibat pandemi. Salah satunya Ati Karya Rotan.
Instagram @atikaryarotan
Dengan membeli produk Ati Karya Rotan, Anda tak hanya menyelamatkan bumi namun membantu ekonomi lokal kembali bergerak di tengah masa sulit. Klik di sini sekarang untuk melihat dan membawa pulang produknya!
Sumber
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131475732/penelitian/ECO+FASHION+DAN+PENDIDIKAN+KONSUMEN+2011+-+NeoOffice+Writer_0.pdf
https://www.australiaawardsindonesia.org/article/detail/713/15/from-forests-to-fashion-empowering-indigenous-women-through-eco-fashion
https://eproceeding.undwi.ac.id/index.php/semarayana/article/download/27/28
https://www.dw.com/id/mengembangkan-industri-rotan-dengan-konsep-ramah-lingkungan/a-36411414
https://kemenperin.go.id/artikel/16568/Daya-Saing-Industri-Rotan-Digenjot-Lewat-Bantuan-Teknik-dan-Akses-Pasar
https://travelingyuk.com/aksesori-anyaman-syahrini/229305
https://www.urbanicon.co.id/magazine/mengintip-koleksi-purana-yang-ramah-lingkungan-di-jakarta-fashion-week-2019/
https://rri.co.id/pontianak/ekonomi/960025/dukung-umkm-persit-kck-daerah-xii-tpr-selenggarakan-webinar-pelatihan-anyaman-pembuatan-tas-berbahan-dasar-rotan
https://yapeka.or.id/eco-fashion-sebuah-perlawanan-terhadap-fashion-konvensional/