Green Technology Innovation, Saat Perusahaan Berlomba Terapkan Teknologi Ramah Lingkungan
Komitmen eco-friendly menjadi salah satu prioritas terkini banyak perusahaan. Salah satu pendiri Apple, Steve Wozniak, bahkan mendedikasikan dirinya untuk membuat Efforce, perusahaan yang menangani pembiayaan proyek ramah lingkungan dan teknologi hijau.
Efforce memberikan kesempatan bagi para investor untuk berpartisipasi dalam berbagai proyek efisiensi energi. Efeknya ternyata sangat signifikan dalam menghemat biaya produksi, utamanya bagi perusahaan kecil.
Green technology atau teknologi hijau merujuk pada penggunaan metode dan bahan untuk menghasilkan produk dan energi yang bersih dan ramah lingkungan. Dikutip dari situs Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, teknologi ramah lingkungan adalah teknologi yang dalam pembuatan dan penerapannya menggunakan bahan baku ramah lingkungan, proses yang efektif dan efisien, serta mengeluarkan limbah yang minimal.
Kedua istilah ini tak bisa dipisahkan satu sama lain dan bersinergi dalam menciptakan bumi dan ekosistem yang lebih baik.
Beberapa konsep yang dikenal dalam teknologi hijau maupun teknologi ramah lingkungan adalah konsep keberlanjutan, daur ulang, pengurangan limbah dan polusi, inovasi, dan viabilitas.
Konsep keberlanjutan artinya kebutuhan masyarakat dapat dipenuhi tanpa merusak atau menghabiskan sumber daya alam. Konsep daur ulang merujuk pada proses produksi manufaktur yang didesain untuk penggunaan kembali. Konsep inovasi berusaha mengembangkan teknologi alternatif selain fosil dan bahan kimia pertanian yang merusak kesehatan dan lingkungan. Sementara, konsep viabilitas adalah bagaimana kegiatan teknologi dan produksi senantiasa ramah lingkungan.
Konsep green technology dan teknologi ramah lingkungan ternyata juga memegang faktor penting dalam pencegahan dan pengendalian COVID-19. Semakin baik kualitas lingkungan hidup, maka semakin tinggi pula ketangguhan diri keluarga dan imunitas. Beberapa studi menginformasikan buruknya kualitas udara juga berpengaruh terhadap tingkat imunitas seseorang.
Banyak perusahaan mulai beralih ke green technology, namun tak sedikit juga yang masih ragu. Salah satu yang menghambat adopsi teknologi ramah lingkungan adalah kebutuhan biayanya yang dianggap cukup besar.
Meski begitu, berdasarkan survei dari Global Web Index pada 2018, lebih dari 60 persen responden milenial dengan usia 22-35 tahun rela membayar ekstra untuk produk yang ramah lingkungan. Begitu juga 58 persen responden gen Z yang mengikuti jejak milenial untuk memilih eco-friendly product.
Artinya, potensi untuk memperoleh kepercayaan konsumen lebih tinggi dengan mengusung nilai eco-friendly. Bila pandai memanfaatkan limbah, industri pun dapat meningkatkan nilai gunanya dan menjualnya kembali.
Lantas, sebetulnya seberapa penting teknologi hijau untuk keberlanjutan perusahaan dan alam? Bagaimana cara perusahaan mengadopsi teknologi hijau? Apa kerugian yang didapatkan jika tak menerapkan green technology?
Anda dapat memperoleh insight lengkap mengenai hal ini dalam TECHMinar Green Technology Innovation yang akan dihadiri Dr. Dip. Ing. Muhammad Abdul Kholiq, M.Sc (Direktur Pusat Teknologi Lingkungan BPPT), Maharani D. Permanasari, M.Ds., M.Phil., Ph.D. (Design & Cultural Resource Management) serta Ikbal Alexander (Kertabumi Recycling Center).
Event ini akan diadakan 21 Januari 2021, pukul 13.30-15.30. Jangan lupa lakukan pendaftaran sekarang dengan scan QR Code pada poster. Dapatkan ilmu dan e-certificate gratis!
Sumber