Quarter Life Crisis: How to Handle It?, Gejala Alami Krisis Seperempat Abad

Posted By smartcomputerindo | 18 March 21 | Event

 

“Aku pikir aku bakal menjadi seseorang yang hebat di umur 23.”

“You just have to be yourself at that age.”

“Aku bahkan tidak tahu lagi siapa diriku.”

 

Potongan dialog dari film Reality Bites (1994) ini mungkin tampak tak asing bagi rata-rata generasi young adult saat ini. Para fresh graduate, anak muda yang sudah bekerja, maupun calon lulusan perguruan tinggi mulai menghadapi problem saat menjajaki fase awal menjadi dewasa. Kita biasa menyebutnya sebagai Quarter Life Crisis.

 

Apakah pengertiannya benar-benar krisis yang dialami pada usia seperempat abad? Secara spesifik, Menurut Alodokter, Quarter Life Crisis adalah periode saat seseorang merasa tak memiliki arah, khawatir, bingung, dan galau akan ketidakpastian kehidupannya di masa mendatang.

 

Quarter Life Crisis tampaknya tak hanya melanda anak-anak usia 20-an awal, namun sejak usia 18 hingga 30 tahun. Survei LinkedIn tahun 2017 menunjukkan bahwa 75 persen target di berbagai belahan dunia rata-rata malah mengalami quarter life crisis saat berusia 27 tahun. Berdasarkan survei GenSINDO tahun 2020, responden usia 18-25 tahun memiliki lima problem yang paling dicemaskan, yakni karier, jodoh, pendidikan, persaingan global, dan kesehatan.

 

Menurut peneliti dan pengajar Psikologi dari University of Greenwich, London, Dr. Oliver Robinson, ada empat fase dalam QLC. Pertama, kita mungkin merasa “terjebak” dalam suatu situasi, entah itu pekerjaan, relasi, atau hal lain. Selanjutnya, kita akan berpikir bahwa perubahan bisa saja terjadi. Fase ketiga adalah periode membangun kembali hidup yang baru. Sementara fase akhirnya adalah mengukuhkan komitmen anyar terkait ketertarikan, aspirasi, dan nilai-nilai yang dipegang seseorang.

Seperti yang dijelaskan di atas, Quarter Life Crisis dilandasi oleh banyak penyebab. Mulai dari pekerjaan, finansial, perencanaan karier, menjalani hidup mandiri atau menjalani hubungan romantis untuk pertama kali, mengalami putus cinta setelah berada dalam hubungan yang serius, melihat teman sebaya mencapai impian, hingga membuat keputusan jangka panjang. 

Menurut Metro, generasi milenial diprediksi sebagai kelompok umur yang paling mungkin mengalami quarter life crisis. Hal ini tak mengherankan, sebab milenial dan generasi saat ini tergolong beruntung karena beragam kemudahan dan akses yang membuat hidup lebih baik. Di sisi lainnya, aneka fasilitas dan pilihan ini justru menyebabkan potensi terjadinya stagnansi lebih tinggi.

 

Generasi terdahulu memandang pekerjaan sebagai sarana mendapatkan uang. Sementara, sebagian milenial memandang pekerjaan lebih dari itu, yakni sesuatu yang juga mampu memenuhi kebutuhan aktualisasinya atau mewujudkan mimpi-mimpinya. Akhirnya, tak jarang mereka mengalami kekecewaan dan kecemasan yang berujung pada Quarter Life Crisis.

 

Sebetulnya, apa itu quarter life crisis dan apa saja yang terjadi pada diri kita selama mengalaminya? Bagaimana cara terbaik dalam menghadapi quarter life crisis? Untuk mendapatkan info lebih banyak tentang krisis seperempat abad, ikuti TECHMinar Quarter Life Crisis: How to Handle It? yang akan diadakan tanggal 23 Maret 2021 pukul 13.30-15.30. 

 

Acara ini akan dihadiri oleh Nurul Aini Ongkowidjoyo S.Psi, M.Psi. (Psikolog),  Lina Karlina (Director SHINE Consulting), dan Nidya Dwika Puteri, M. Psi., (Psikolog). Jangan sampai kelewatan, daftar sekarang dengan scan QR Code untuk mendapatkan ilmu dan e-certificate gratis!

 

Sumber

https://www.alodokter.com/memahami-quarter-life-crisis-dan-cara-menghadapinya

https://tirto.id/quarter-life-crisis-kehidupan-dewasa-datang-krisis-pun-menghadang-dkvU

https://gensindo.sindonews.com/read/14429/700/survei-5-hal-paling-dicemaskan-saat-quarter-life-crisis-1588370747

https://kumparan.com/kumparanwoman/survei-quarter-life-crisis-terjadi-di-usia-27-tahun-ini-alasannya-1sBQOtx4Z0D