Saving or Investing: Which one is Better? Semua Tergantung Tujuan Keuangan
Pada dasarnya, investasi dan menabung sama-sama merupakan aktivitas menyisihkan uang. Lantas, pilihan apa yang paling tepat untuk kita? Menabung atau investasi? Tipsnya adalah menentukan "kendaraan" apa yang ingin digunakan untuk pergi ke suatu tempat. Maka kita perlu menentukan dulu tujuan keuangan yang ingin dicapai, barulah kita dapat memilih instrumen keuangan yang sesuai. Inilah salah satu kesimpulan menarik dari TECHMinar Saving or Investing: Which one is Better.
Hengky Guna yang merupakan seorang financial advisor melihat bahwa perbedaan utama dalam investasi dan menabung adalah “stigma” yang dilekatkan masyarakat pada masing-masing istilah.
Menurutnya, banyak masyarakat berpikir bahwa menabung adalah cara menyisihkan uang paling aman sekaligus likuid karena nominal uang tidak berkurang. Hengky menyoroti bahwa pendapat ini tak sepenuhnya salah.
Namun, masyarakat juga perlu mempertimbangkan kondisi situasional negara yang tak dapat dikontrol, contohnya inflasi saat pandemi. Sebab, inflasi memang tak mengurangi nominal dari jumlah tabungan, namun dapat mengurangi nilai dari nominal yang sama di waktu berbeda.
Di sisi lain, investasi memang memiliki risiko penurunan nilai, namun ada potensi return lebih besar yang memungkinkan kita untuk mencapai tujuan keuangan lebih cepat.
Inilah mengapa Hengky menekankan pentingnya mempertimbangkan alasan kita menyisihkan uang. Pasalnya, tujuan keuangan itu akan sangat mempengaruhi pilihan instrumen keuangan dan waktu untuk mencapainya.
Bila diibaratkan, instrumen investasi serupa “kendaraan” untuk mencapai tujuan alias “lokasi”. Masing-masing instrumen investasi memiliki “kecepatan” dan “konsekuensi” tersendiri.
Hal ini disepakati oleh financial & wealth planner lainnya, Andhika Widjojo. Menurutnya, kebanyakan orang tergiur oleh return yang tinggi tanpa mempertimbangkan resikonya. Padahal, hal ini sangat penting karena berkaitan dengan tingkat risk profile alias kemampuan seseorang untuk “melepas” atau “merelakan” uang sebagai konsekuensi dari tindakan investasi.
Kenneth Budiman, Head of Corporate Planning, Corporate Strategy Group at Linkaja, menyarankan setiap orang memahami risk profile mereka dengan melakukan assesment sebelum memutuskan suatu investasi.
Ia juga menyarankan untuk mulai investasi saham dan reksadana dari sekarang. Sebab, manusia punya kecenderungan untuk semakin hati-hati membelanjakan uang ketika usia semakin tua.
Untuk itu, usia produktif menurutnya adalah saat yang tepat jika ingin berinvestasi high risk high return. Apalagi, kemudahan investasi juga didukung dengan adanya aplikasi yang bisa diunduh dengan mudah. Berbeda dengan 5 tahun lalu di mana investasi membutuhkan syarat khusus seperti formulir basah.
Meski begitu, Hengky Gunawan menekankan bahwa investasi tak bisa dilakukan sembarangan. Layaknya membangun sebuah gedung, kita harus menjamin bahwa investasi dilakukan melalui dana dingin yang bersih dari hutang. Perlu dipastikan bahwa dana darurat, asuransi, dan cashflow yang lancar telah dipenuhi sebagai pondasi utama dari personal finance yang baik. Setelahnya, barulah Anda dapat membangun portfolio investasi secara bertahap.