Creative Brand Development with Photography: Bongkar Cara Membangun Personal Branding

Posted By smartcomputerindo | 14 December 20 | Event

 

 

 

TECHMinar Kreen Indonesia berjudul “Creative Brand Development with Photography” mengupas tuntas cara membangun personal branding, salah satunya menggunakan visual konten yang tepat. 

 

Menurut Donald Manoch, founder Temuilmu, jika dikaitkan dengan fotografi, visual konten paling baik untuk personal branding tak sekedar memiliki teknik foto yang baik. Menurutnya, sebuah foto yang dipakai perlu memiliki “cerita” alias menggunakan metode storytelling.

 

Ia juga menekankan sifat autentik dalam melakukan personal branding. Seseorang maupun brand lebih baik tidak terlalu berusaha menciptakan image yang sifatnya perfect dan ideal. Pasalnya, hal itu justru membuat personal branding yang tercipta tidak memiliki tekstur, karakter, dan kepercayaan publik.

 

Kunci personal branding terletak pada pemahaman tentang persona bisnis kita, membuat plan marketing yang sukses untuk menarik personality tersebut. Tentukan juga tujuan marketing dalam membangun brand

 

Hal lain yang penting dalam membangun personal branding adalah senantiasa memposisikan diri dari audiens. Hal ini pun diamini keempat speakers lainnya yakni: Rio Garia Aprilio (Erji.id), Marvin Ade Santoso (Marudesign), Samuel Kharis (Smallsquare Agency). 

 

Menurut Rio, beberapa personal branding yang baik berhasil menciptakan efek “top-of-mind” pada audiens sehingga bisa terus diingat. Kita perlu meningkatkan self-awareness dan mencari USP atau unique selling proposition alias keunikan yang tak dimiliki kompetitor kita. 

 

Caranya dengan mengulik apa yang kita suka, alasan kita melakukan hal itu, apa yang berbeda dari kita, nilai apa yang bisa kita berikan pada orang lain, dan alasan mengapa orang lain mau membayar kita.

 

Rio juga menyarankan untuk banyak-banyak riset dan membuat marketing mix 7P serta strategi STP sebelum memulai personal branding.

 

Marvin membagi istilah brand menjadi beberapa level. Pertama, brand level yang sifatnya personal, yakni “menjual” nama owner, misalnya Gudeg Yu Djum dan Sop Ayam Pak Min yang mengangkat personal sebagai identitas brand. Kedua, product brand yang menjadikan karakteristik produk sebagai fokusnya. Terakhir, company brand yang dianggapnya paling kompleks karena pada level korporasi tak hanya fokus pada satu produk saja. Pada sisi lain, seluruh brand produk harus berjalan beriringan. 

 

Tips dari Marvin untuk membangun personal branding yang baik adalah menjadi ahli dalam suatu bidang spesifik, tunjukkan dan bagikan keahlian Anda, sampaikan nilai-nilai Anda secara konsisten dan tingkatkan value dengan bantuan inner circle. 

 

Lain lagi dengan Samuel Kharis yang melihat bagaimana personal branding dan corporate branding sebaiknya saling mendukung. Personal branding dilihatnya sebagai orang-orang yang berada di balik pembuatan suatu produk. Dalam sebuah bisnis, ada 3 modal utama yakni finansial, human, dan network. Personal branding berperan penting bagi suatu bisnis baru yang modal networknya masih nol. 

 

Personal branding memberikan “value” lebih kepada pelanggan untuk beralih pada suatu brand. Bisa jadi ketika corporate branding sedang tidak baik, personal branding dari si owner yang bisa menolong usaha tersebut meski harus berganti nama.

 

Dalam membangun personal branding, Samuel menekankan pentingnya menunjukkan struggle dalam membangun brand, share skill, dan persistence yakni membangun kebiasaan.

 

Marvin Ade menghighlight pentingnya personal branding bagi UMKM karena banyaknya usaha sejenis, misalnya makanan. Caranya dengan “menjual skill” pada lingkar terdekat sehingga bisa timbul kepercayaan. Pelaku UMKM juga perlu menyelaraskan action dengan tagline produk. Menurutnya, personal branding yang baik bisa menghemat biaya marketing.

 

Keempat speakers menekankan bahwa personal branding sebaiknya tak melulu dipandang sebagai ajang “jualan” melainkan memberikan “value” tambahan yang positif bagi orang lain.