Literasi Media & Hoax in Digital Era: Kiat Menghadapi Infodemi dan Berita Palsu

Posted By smartcomputerindo | 19 February 21 | Event

 

Tak dapat dipungkiri bahwa pandemi meningkatkan rasa cemas dalam banyak kelompok masyarakat. Berdasarkan riset SurveySensum terhadap 540 responden dari 70 perusahaan pada September 2020 memperlihatkan kekhawatiran terhadap kesehatan mereka dan keluarga serta perekonomian mereka.

 

Hasil serupa juga ditunjukkan riset Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) yang memperlihatkan bahwa sebanyak 64,3 persen dari 1.522 orang responden memiliki masalah psikologis cemas atau depresi setelah melakukan periksa mandiri via daring terkait kesehatan jiwa dampak dari pandemi COVID-19. 

 

Rasa khawatir dan cemas berkepanjangan ini semakin diperparah dengan adanya disinformasi, misinformasi, dan hoax di media sosial. Seiring dengan masifnya penyebaran informasi, akses dan anonimitas tinggi juga membawa dampak negatif yakni suburnya berita palsu. Padahal, informasi yang beredar sangat mempengaruhi kesehatan dan pengambilan keputusan masyarakat dalam menghadapi pandemi.

 

Seberapa berbahayanya dampak negatif hoax? Hal ini telah disampaikan Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus. Menurutnya, “kita tidak hanya memerangi epidemi; kita sedang berjuang menghadapi “infodemi.” Banyak pihak seperti peneliti, pembuat kebijakan, bahkan lembaga penegak hukum telah bersama-sama memerangi penyebaran misinformasi agar tidak menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat.

 

Riset terkini yang dikeluarkan oleh Pusat Penelitian Reuters Institute di Universitas Oxford, Inggris, menunjukkan bahwa format misinformasi yang tersebar di media sosial sebagian besar dimanipulasi secara sederhana tanpa melibatkan teknologi tingkat tinggi seperti Artificial Intelligence, melainkan hanya bergantung pada aplikasi penyuntingan foto dan video sederhana.

Contohnya adalah unggahan video dengan klaim bahwa telur rebus dapat menangkal virus sempat viral pada beberapa waktu lalu. Konten tersebut adalah bentuk misinformasi yang paling umum, yaitu konten yang mengandung informasi yang benar namun dengan sengaja diputarbalikkan dan ditempatkan pada konteks lain dengan cara yang salah.

Walaupun kontennya tampak sederhana, jika masyarakat tak mampu menyikapinya dengan baik, konten-konten ini ibarat bumerang yang siap menimbulkan akibat fatal. 

Literasi media akhirnya menjadi sesuatu yang penting untuk kita pelajari. Memiliki kemampuan literasi digital kritis artinya memiliki skill menempatkan diri sebagai konsumen informasi yang lebih aktif. Kita memiliki penilaian terhadap setiap konten digital, termasuk bagaimana kredibilitas dan bias yang dikandungnya.  

Nantinya pengguna media tak hanya mampu mempertanyakan kebenaran suatu informasi, namun juga melakukan aksi nyata untuk memerangi misinformasi. Misalnya, seseorang yang membaca informasi di beranda Facebook tak akan langsung membagikan informasi tersebut sebelum melakukan pengecekan fakta di sumber yang terpercaya. Dalam dirinya, ada kekhawatiran dan kewaspadaan bila informasi yang dibagikannya tak benar dan nantinya justru merugikan orang lain.

Bagaimana data mengenai realita literasi media di Indonesia? Survei dari Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama beberapa organisasi media lain pada pertengahan 2020 yang melibatkan 1.670 responden di 34 provinsi menunjukkan indeks literasi digital Indonesia masih masuk dalam kategori sedang, yaitu 3,47 dari 5.

Di tengah cepatnya penyebaran berita di media sosial, bagaimana kita memilah sumber informasi yang kredibel? Bagaimana agar masyarakat kita tak termakan berita hoax? 

Ikuti TEChMinar Literasi Media & Hoax in Digital Era yang akan dihadiri oleh Alma Putri Dhiafira (Penulis & Pegiat Literasi) dan Muhammad Bahruddin, S.Sos., M.Med.Kom. (Creative Writer and Media Consultant) untuk mendapatkan jawabannya.

Acara ini akan diadakan tanggal 25 Februari 2021 pukul 13.30-15.30! Jangan sampai kelewatan karena Anda akan memperoleh informasi bermanfaat dan e-certificate gratis!

Sumber

https://theconversation.com/analisis-pentingnya-literasi-digital-yang-kritis-di-tengah-gempuran-misinformasi-pandemi-136184

https://ayobandung.com/read/2020/07/10/104833/literasi-media-saat-new-normal

https://theconversation.com/masih-ada-banyak-celah-dalam-pengajaran-literasi-media-digital-di-level-sekolah-150960

https://lokadata.id/artikel/survei-pandemi-bikin-51-masyarakat-depresi-60-karyawan-cemas

https://tirto.id/survei-643-dari-1522-orang-cemas-depresi-karena-covid-19-fgPG