Career Guidance in New Normal, Saatnya Jadi Jobseeker yang "Berbeda"

Posted By smartcomputerindo | 24 February 21 | Event

 

Konsep “kerja” dan “karier” selalu asyik untuk diperbincangkan, apalagi selepas COVID-19 melanda. Sebab, seluruh aktivitas kita mau tak mau mengalami perubahan, termasuk dalam ranah jobseeking maupun career development. Inilah yang dikupas tuntas dalam TECHMinar Career Guidance in New Normal.

 

Zulfikar Alimuddin, B.Eng, MM, CPC, CEC (Founder and Chairman of The New Institute) menjelaskan pentingnya riset terhadap setiap pekerjaan yang kita lamar. Jangan sampai kita buru-buru mengirim lamaran ke sembarang tempat. Sebaliknya, kita harus paham tentang pekerjaan yang kita lamar, termasuk pendidikan, pelatihan yang diperlukan, dan bagaimana pekerjaan tersebut mampu menghidupi kita. Kita juga tak boleh lupa memperkuat soft skill dan hard skill sembari melamar kerja. 

 

Zulfikar melihat bahwa membangun karier sejatinya sama dengan membangun merk. Dibutuhkan kesesuaian antara pekerjaan dan passion dan energi ekstra karena kita perlu memikirkan perkembangan performa kita. Cara membangun karier salah satunya melalui relasi atau networking serta  branding diri yang baik dan continuous learning

 

Zulfikar merekomendasikan kontemplasi The New You untuk membangun karier: reinvent (menemukan kembali diri sejati), restore (pulihkan kembali kapasitas yang tersimpan), reinforce (perkokoh kapasitas diri), reduce (tingkatkan kelebihan, singkirkan kekurangan), replan (menggambar kembali peta masa depan).

 

Kesulitan melamar pekerjaan memang dialami di awal pandemi. Namun, bila akhir-akhir ini kita masih sulit menemukan lowongan, bisa jadi kita yang belum maksimal dalam mengeksplor sumber informasi. Hal ini disampaikan oleh Teddy Diego, seorang Career Coach at terminal HRD. 

 

Ia juga menekankan pentingnya mengirim lamaran dengan benar, misalnya mengisi body email, memperhatikan attachment file, hingga typo dan kesesuaian alamat email tujuan. Dalam menjalankan interview online yang kini banyak dilakukan, kita pun sebaiknya tetap mempresentasikan diri sebaik-baiknya. Pilih ruangan yang tenang, memiliki penerangan dan sinyal yang baik, serta berdandan dengan rapi.

 

Ninien Irnawati (Recruitment Professional) melihat pentingnya memahami diri sendiri, termasuk tujuan, motivasi, dan skill kita sebelum memulai perjalanan sebagai jobseeker. Ninien juga menyarankan kita untuk selalu mengupdate CV, memakai nama asli di resume atau CV, menggunakan alamat email profesional, memeriksa kontak kita agar selalu siap siaga saat dihubungi HR, dan meletakkan pengalaman berdasarkan urutan terkini.

 

Ninien dan Zulfikar juga melihat pentingnya persiapan interview di era new normal. Selain mempersiapkan interview checklist untuk melihat progress interview jika kita melamar di banyak tempat. Zulfikar merekomendasikan role playing alias latihan wawancara dengan teman atau praktisi HR agar kita semakin percaya diri.

 

Di tengah sulitnya mencari pekerjaan, bisa jadi sebagian besar dari kita mengalami tekanan dari lingkungan untuk segera settle dan merdeka secara finansial. Akibatnya, tak sedikit pula jobseeker yang punya mindset “asal diterima kerja.” 

 

Zulfikar melihat fenomena ini memiliki sisi positif dan negatif. Jika pada akhirnya kita tak merasa cocok dengan tempat kerja dan sering berpindah, hal ini berpotensi membentuk reputasi diri yang buruk. Ia menyarankan bagi pencari kerja untuk memperpanjang plan mencari kerja dalam kurun waktu tertentu sambil melakukan aktivitas lain yang bermanfaat. Contohnya, volunteering. Selain membantu kita untuk self-learning, kita punya portfolio dan nilai plus di mata HR karena kita mengisi waktu dengan kegiatan yang bermanfaat untuk orang lain.

 

Teddy memiliki perspektif yang sedikit berbeda. Menurutnya, tak jarang orang-orang yang telah memiliki pekerjaan pun kebingungan dengan perencanaan karier. Bedanya, ada beberapa orang yang dituntut oleh kebutuhan finansial. Untuk itu, kita harus pandai-pandai memahami prioritas yang kita miliki. 

 

Mengambil kesempatan bekerja untuk saat ini, meski di ranah yang kurang disenangi, bisa menjadi ladang pembelajaran untuk mencari tahu apa yang benar-benar kita inginkan. Hal ini diamini oleh Ninien. Menurutnya, kesempatan yang ada lebih baik tak disia-siakan. Daripada kita kelamaan menganggur dan justru menurunkan level confidence dalam diri.

 

Kemampuan komunikasi menjadi salah satu highlight bagi fresh graduate yang ingin segera diterima kerja. Zulfikar memberikan tips untuk “menjadi berbeda.” Menurutnya, dalam CV atau resume, jangan hanya menuliskan hal-hal normatif atau aktivitas yang kalian kerjakan. Namun, berikan juga insight atau data mengenai industri terkait sehingga perusahaan melihat nilai lebih untuk merekrut kalian.

 

Ninien juga menyarankan kita untuk konsisten menulis tentang industri yang kita incar lewat Linked In. Media sosial ini memang menjadi salah satu sasaran HR dalam melakukan headhunting atau membagikan informasi recruitment.

 

Jangan khawatir bila kita menjalani interview di suatu perusahaan sambil menunggu jawaban dari perusahaan lain. Zulfikar dan Teddy sama-sama melihat bahwa hal ini sebenarnya malah bisa menjadi nilai lebih di mata rekruter, sebab kita dipandang sebagai orang yang aktif dan tak hanya berpangku tangan. Tipsnya adalah menjawab dengan jujur, tegas, namun disertai alasan yang orisinil dan logis mengapa kita akhirnya memilih datang ke interview di perusahaan yang sekarang tanpa perlu “menjilat”.