Passion vs Profitability: Dillematic Problem to Pursue Your Career, Cara Capai Keseimbangan dalam Karier

Posted By smartcomputerindo | 15 January 21 | Event

 

Banyak orang terjebak pada pertanyaan pilih karier atau passion? Penelitian menunjukkan bahwa passion punya kaitan positif dengan kesuksesan dan kesejahteraan. Sayangnya, banyak orang lantas menjadikan "passion" sebagai satu-satunya patokan. Inilah insight menarik dalam TECHMinar Kreen Indonesia berjudul Passion vs Profitability.

 

Menurut Untung Subroto, Psikolog sekaligus Co-Founder & Chairman of Indonesian Art Therapy Community, mindset ini semacam ini perlu diubah. Sebab, passion tak bersifat genetik, namun dibentuk, dilatih, dan dipupuk dari tanggung jawab yang sedang kita jalankan. 

 

Lantas, banyak orang yang bertanya-tanya “bagaimana cara menemukan passion kita?” Kita dapat mengawali “penemuan” passion dengan melakukan kegiatan yang kita sukai. Dalam perjalanannya, kita juga harus mengenal dan memahami diri sendiri. Kebanyakan orang terlalu cepat mempertimbangkan passion kerja, padahal mereka perlu mengeksplor banyak hal. 

 

Senior Associate Enterprise Partner Kalibrr Indonesia, Rayner Walandoue menghighlight pentingnya menjadi realistis. Pasalnya, saat ini pandemi memang cukup berpengaruh terhadap penutupan rekrutmen. Bagi yang masih memiliki pekerjaan, lakukan riset dan pertimbangkan dengan matang sebelum memutuskan untuk resign. Kita harus selalu punya plan B dalam masa depan karier.

 

Hal ini diamini oleh Anisa Farhana, Chief Business Support Satu Persen. Menurutnya, dilema karier memang sesuatu yang wajar dan dialami oleh kebanyakan orang pada suatu titik tertentu di hidup mereka. Meski begitu, setiap pilihan akan menimbulkan konsekuensi masing-masing, sehingga keberadaan rencana karier sangat penting.

 

Peta perjalanan karier akan membantu kita memiliki gambaran yang lebih jelas tentang jalan yang harus kita lalui. Pembuatan rencana karier diawali dengan menuliskan tujuan yang spesifik (disertai target waktu, posisi yang diinginkan, aset yang ingin dimiliki, hingga sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapainya). 

 

Anisa juga menekankan pentingnya menulis cara-cara konkrit dalam mewujudkan impian tersebut, misalnya mencari mentor, magang di industri kreatif, maupun membangun koneksi lewat komunitas. Seluruh rencana karier ini perlu dituangkan dalam bentuk tulisan untuk membantu tracking progress yang telah kita lalui.

 

Stephanie Wijanarko (Program Director & Co-Founder Vooya) memberikan insight tentang elemen kesuksesan yakni 6P (Passion, Power, Perseverance, Purpose, Plan, Profit). Menurutnya, tidak realistis bahwa kita berharap punya uang banyak tanpa pengalaman atau keterampilan. Bekerja sesuai passion juga tidak bisa dilakukan tanpa rencana dan tidak mempertimbangkan apa yang dibutuhkan masyarakat. 

 

Stephani membagikan tips untuk menyeimbangkan passion kerja dan profitability dalam karier. Pertama, kita perlu jujur pada diri sendiri, tak apa bila menemukan passion dan jangan pedulikan stereotype yang diberikan orang lain. Kita juga harus terus mencari tahu tentang diri dan profesi yang diincar lalu berani mencoba tanpa takut karena alasan jurusan.

 

Setelah percobaan yang dilakukan, refleksikan setiap action dengan prinsip AFLiP (Act (aktivitas atau proyek pa yang dilakukan), Feel (bagaimana perasaanmu setelah mencoba aktivitas itu), Learn (pembelajaran apa yang Anda dapat), dan Plan (apa rencana Anda di masa depan). 

 

Anisa menambahkan tips lain dalam menyusun rencana karier, yakni pertimbangan value yang kita pegang dan prioritas saat ini. Menurutnya, ada yang punya privilege untuk mengejar passion kerja, sementara beberapa orang lain mungkin harus mendahulukan kepentingan finansial. Begitu juga dengan pilihan seperti  mengutamakan tujuan financial freedom atau memilih untuk lebih banyak quality time dengan keluarga. Tak ada yang benar atau salah, semua hanya masalah skala prioritas.

 

Untung menekankan pada fresh graduate atau pencari kerja untuk melirik benefit lain selain uang dalam memilih suatu job. Sebab menurutnya rezeki dalam pekerjaan tak hanya berbentuk salary, namun juga relasi dengan orang lain, kemampuan olah otak, pride, dan sejahtera secara psikologis.

 

Tambahan penting dari Rayner yang sering diabaikan oleh jobseeker adalah awareness tentang jenjang karier. Para pencari kerja harus lebih jeli tentang jenjang karier karena tak semua perusahaan memilikinya. Contohnya, proses kenaikan jabatan yang berbeda antara start up dan korporasi. Maka dari itu, kita perlu riset sebanyak-banyaknya tentang masing-masing perusahaan yang akan kita lamar. Bila dibutuhkan, kita juga dapat bertanya pada HR perusahaan tersebut. 

 

Bagaimana bila kita telah yakin dan menyusun perencanaan karier, namun kurang mendapat sokongan dari support system? Menurut Anisa dan Untung, kita memiliki kontrol terhadap hidup, termasuk pilihan-pilihan kita. Penentangan atau ungkapan tak setuju yang dilontarkan orang terdekat umumnya memiliki niat baik yang tersirat. Maka, kita perlu menjelaskan secara tegas dan hati-hati bahwa kita akan bertanggung jawab terhadap pilihan yang telah kita ambil.