Digital Branding Strategy on Social Media & E-Commerce: Perlunya Testing, Eksperimen, dan Evaluasi secara Konsisten

Posted By smartcomputerindo | 12 March 21 | Event

 

Digital branding dan digital marketing sering dianggap memiliki arti yang serupa. Sejatinya, branding lebih fokus dalam menciptakan dan menanamkan identitas tertentu, sementara digital marketing adalah upaya untuk menyampaikan dan memperkuat identitas tersebut di mata audiens. Namun, konsistensi, persistensi, dan kemauan untuk mengadopsi perubahan adalah kunci sukses keduanya. Inilah kesimpulan dari TECHMinar Digital Branding Strategy on Social Media & E-Commerce.

 

Rifani Budi Kristanto (General Manager Commercial Haistar Indonesia) melihat bahwa kelebihan periklanan digital adalah mampu menciptakan interaksi 2 arah dan engagement secara langsung dari audiens. Hal ini berbeda jika dibandingkan periklanan tradisional yang sifatnya 1 arah dengan respon yang tertunda.

 

Dengan adanya periklanan digital, anggaran untuk marketing juga lebih mudah dikelola. Pasalnya, efektivitas dari sebuah upaya periklanan digital seperti campaign lebih mudah dipantau. Targeting audiens untuk setiap iklan juga lebih mudah dilakukan, sehingga otomatis membuat perencanaan biaya lebih terstruktur dan spesifik.

 

Inilah alasan mengapa periklanan digital maupun digital branding juga cocok untuk pengusaha UMKM. Meski begitu, banyak kesalahan mindset terkait digital branding. Kebanyakan dari pelaku UMKM yang baru menjajaki digital branding langsung mengharapkan kenaikan sales. Padahal, digital branding adalah tentang menanamkan identitas tertentu di benak konsumen. Hal ini disampaikan oleh Utari Intan Rasjid (Digital Content Marketing Manager at Tencent).

 

Rifani menambahkan, kebanyakan pelaku UMKM lebih fokus berjualan dan membuat konten sesuai dengan keinginan hatinya. Padahal, kebutuhan dan keinginan konsumen lah yang harusnya diutamakan. 

 

Apalagi, branding tak melulu bertujuan untuk sales. Namun juga awareness (membangunkan “kesadaran” audiens terhadap brand Anda melalui konten-konten yang menarik), interest (fokus menemukan solusi dari masalah audiens), desire (bagaimana produk kita membantu menyelesaikan permasalahan audiens), dan action (bagaimana audiens mampu melakukan sesuatu yang kita inginkan, contohnya membeli atau berlangganan).

 

Untuk itu, menurut Rifani, kita betul-betul harus memahami tujuan melakukan branding dan channel mana yang paling cocok untuk tujuan tersebut dan karakteristik brand dan audiens kita. Sebab, marketplace, web store, dan media sosial memiliki karakteristik audiens dan potensinya masing-masing. Sangat penting untuk fokus pada satu tujuan digital branding, memperhatikan buyer persona dari brand kita, maupun memeriksa copywriting dan kredibilitas dari konten yang telah dibuat.

 

Utari Intan Rasjid (Digital Content Marketing Manager at Tencent) menggambarkan perbedaan branding dan marketing secara sederhana. Menurutnya, branding adalah segala sesuatu yang terkait dengan identitas suatu brand, sementara marketing adalah cara untuk mengkomunikasikan identitas tersebut, serta memperkuat dan menjaganya. 

 

Itulah mengapa branding bersifat selamanya, dari sebuah brand lahir hingga ia mati. Sementara, marketing selalu berubah metodenya setiap tahun, menyesuaikan konteks dan behavior audiens di masa tersebut. Setelah kita menentukan branding (bagaimana identitas dan persepsi yang ingin kita bentuk di benak konsumen), saatnya memaksimalkan marketing (menyampaikan atau mengkomunikasikan branding tsb pada konsumen) melalui channel yang cocok.

 

Sebuah tips penting dalam menentukan branding terletak pada brand archetype. Utari menegaskan bahwa kita sebagai pemilik brand perlu menentukan bagaimana persepsi yang diinginkan terhadap brand kita. Sebab, brand archetype akan mempengaruhi brand one of voice, brand profiling, visual tone & manner, dan content communication.

 

Sementara, dalam melakukan digital marketing, kita sebaiknya mempelajari semua hal mulai dari brand knowledge, challenge, objective, serta berkaca pada data dan insight. Barulah kita melakukan proses strategy development, menentukan brand message dan creative big communication, communication through contents, maupun content distribution.

 

Velli Ongeussti (Director of Sales & Marketing PT Imajiku Cipta Media) melihat ada 4 elemen yang paling dominan dalam branding yakni color 80%, trust 54%, values 60%, dan konsistensi 60%. Ia melihat website adalah salah satu yang memiliki potensi paling besar untuk membangun branding

 

Beberapa keuntungan memiliki website brand adalah kapabilitas untuk mengumpulkan data secara mandiri dan kebebasan dalam mengelolanya. Hal ini berbeda dengan marketplace dan media sosial yang sangat mengandalkan algoritma. Media sosial dianggap sudah terlalu crowded saat ini, begitu juga dengan marketplace yang menjadikan respond time sebagai patokan untuk memunculkan produk brand Anda di halaman strategis. 

 

Selain bisa mengumpulkan dan mengakses data secara lebih bebas, Anda juga punya kesempatan untuk mengontrol pengalaman pengguna dan menyambungkan website Anda dengan berbagai tools lain seperti SEO, email, CRM, google analytics, maupun digital ads.

 

Wahidini Nur Aflah (Digital Content Creator) membahas perspektif personal branding untuk posisi content creator. Menurutnya, brand atau digital agency memilih influencer karena banyaknya followers atau banyaknya engagement rate. Ia juga menjelaskan perbedaan influencer dan Key Opinion Leader. Berdasarkan pemaparannya, influencer adalah seseorang yang bisa mempengaruhi konsumen, sementara KOL lebih condong didefinisikan sebagai seseorang yang paling dipercaya tentang suatu topik atau tema.

 

Tips membangun personal branding dari Dini adalah menentukan kolam topik yang kita sukai, menanyakan pada diri sendiri terkait konsistensi dalam membuat konten tersebut, mencari tahu apakah ada “pasar” untuk konten tersebut, dan apakah topik tersebut memiliki cukup manfaat bagi manusia lainnya.

 

Keempat panelis meyakini bahwa digital branding bukanlah upaya yang instan. Kita perlu terus mencoba dan mempraktikkan setiap strategi. Kadang, kita perlu menjalankan kombinasi strategi dan terus melakukan A/B testing. Tak sampai di situ, kita juga perlu mengevaluasi proses digital branding dan marketing yang telah berjalan sehingga bisa mengetahui improvement yang bisa segera dieksekusi. Jangan membatasi diri di satu channel saja. Sebab, dunia digital begitu dinamis sehingga kita harus agile dalam mengadopsi perubahan yang ada.