Tips Leadership dari Top 3 CEO Perusahaan Silicon Valley

Posted By smartcomputerindo | 17 March 21 | Productivity

Silicon Valley adalah julukan bagi daerah selatan dari San Francisco Bay Area, California Amerika Serikat yang menjadi markas bagi banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang komputer dan semikonduktor. Beberapa CEO perusahaan teknologi memiliki leadership yang membuat orang berdecak kagum, inilah tips dari mereka!

Elon Musk, CEO Tesla

Wikimedia Commons

 

Jika dalam 2 abad sebelumnya, kita selalu mendengar nama Steve Jobs (CEO Apple) dalam daftar orang-orang berpengaruh, nama Elon Musk perlahan mengudara dalam beberapa tahun terakhir.

 

Survei dari First Round Capital tahun 2016 dilansir oleh Industry Week tahun 2016 menunjukkan bagaimana CEO Tesla dan SpaceX ini berhasil mengungguli rekan tech leader lainnya, termasuk CEO Amazon, Jeff Bezos serta Mark Zuckerberg (CEO Facebook).

 

Elon Musk adalah seseorang yang visioner dan memiliki keyakinan penuh dalam setiap bisnis yang ia jalankan. Keyakinannya tersebut membuat ia tidak takut menghadapi tantangan yang dianggap sangat berat oleh orang lain. Hal ini ditunjukkan melalui setiap project yang ia telurkan, di mana seluruhnya berhasil menyelesaikan isu global dan industri, mulai dari otomotif, telekomunikasi, hingga energi.

 

Bila terjadi problem dalam perusahaan, Elon Musk akan melakukan pendekatan langsung untuk menemukan solusi. CEO Tesla ini memiliki prinsip untuk menjadikan setiap kegagalan sebagai sebuah pelajaran. Menurutnya, tanpa mengalami kegagalan, kita tak akan pernah menemukan sebuah inovasi. Ia selalu meninjau dan menyesuaikan kembali strategi yang telah ia buat. 

 

Lihat saja bagaimana SpaceX menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk meluncurkan roket melalui drone-ship di outer space dalam rangka mengirim manusia ke bulan di tahun 2024. Perusahaan tersebut telah banyak melakukan uji coba, mengalami kegagalan, dan belajar dari insiden-insiden tersebut.

 

Elon Musk juga memiliki etos untuk terus melakukan perbaikan. Ia melihat feedback sebagai salah satu upaya untuk menjadi leader yang lebih baik. Ia menerima saran-saran konstruktif dari orang lain, bahkan mendorong timnya untuk melakukan hal yang sama. Menurutnya, feedback menjadi ajang refleksi tentang apa yang telah kita lakukan dan membuat seseorang terus berpikir untuk mempertanyai diri tentang hal-hal yang bisa diperbaiki.

 

Sejak muda, Elon Musk membaca dua buku sehari dan kisah suksesnya sangat berkaitan dengan antusiasme dan rasa penasaran dalam dirinya untuk terus belajar. Ia mendengarkan pengalaman orang-orang dan berusaha menyerap pelajaran dari mereka.

 

Leadership style CEO Tesla tersebut adalah constant learning, mendobrak batasan, dan menemukan cara baru untuk menyelesaikan suatu masalah. Ia juga memiliki kecerdasan emosional untuk mengeluarkan kemampuan terbaik dari setiap anggota timnya.

 

Meski begitu, kadang ia melakukan micronamanage karena sifatnya yang perfeksionis. Ia menjadi obsesif terhadap detail dan menuntut tanggung jawab personal dari seseorang yang bekerja paling dekat dengan mesin. Hal ini juga diterapkannya dalam menghire pegawai. Namun, leadership style yang sedikit tak biasa ini juga merupakan bagian dari terciptanya Tesla yang saat ini kita kenal.

Shantanu Narayen, CEO Adobe.Inc

Wikimedia Commons

 

Narayen adalah leader inovatif yang memiliki kemampuan untuk melayani kebutuhan pasar. Melalui insightnya tentang teknologi, ia berhasil memperkuat kultur inovasi di Adobe. Ia berhasil memperluas pasar perusahaan tersebut ke niche konsumen baru.

 

Shantanu Narayen telah menerima banyak penghargaan sepanjang perjalanannya menjabat sebagai CEO Adobe. Salah satunya yakni International Imaging Industry Award bulan Februari 2010. Penghargaan ini didasarkan pada kualitas leadership Narayen yang visioner serta keberhasilannya untuk memimpin dan melakukan inovasi dalam setiap project.

 

Di bawah kepemimpinan Shantanu yang masuk dalam 10 besar Businessperson of Year 2020, Adobe berhasil menunjukkan peningkatan year over year revenue 14%, mencapai rekor $3.3 milyar pada paruh ketiga 2020. Hal ini didukung oleh kepopuleran subscription-based suite dari tools digital mereka.

 

Narayen juga merupakan seseorang yang berkomitmen untuk terus memenuhi “suara” konsumennya melalui berbagai upaya perbaikan. Menurut artikel Wall Street Journal, Narayen mengajukan pertanyaan pada timnya apakah mereka cukup membuat prioritas. Di tengah perubahan pola kerja menjadi remote, Narayen berusaha memposisikan Adobe sebagai brand yang mengutamakan perbaikan produk digital documents untuk membantu kolaborasi pekerja di seluruh dunia.

 

Narayen juga memiliki gaya kepemimpinan yang menakjubkan di masa krisis. Adobe tak akan mengadakan di bawah jam 9 pagi. Ia juga memberikan waktu senggang bagi para karyawan selama beberapa kali di hari Jumat untuk bersantai dan menghabiskan waktu bersama keluarga. Ia tak sekedar memandang pekerjaan sebagai bisnis di masa sulit seperti sekarang.

 

Dalam rangka menjaga komunikasi dengan karyawannya, Narayen selalu memberitahu mereka untuk menyampaikan ide, pertanyaan, maupun feedback secara langsung padanya melalui email.

 

Narayen juga terkenal dengan kemampuan relasionalnya. Ia membangun hubungan positif dengan banyak CEO dan petinggi perusahaan lain dan belajar banyak dari mereka. Contohnya adalah Brad D. Smith (Executive Chairman of Intuit inc). Ia akan berkonsultasi dengan Smith mengenai dilema dalam menjalankan suatu strategi hingga isu kultural dalam perusahaannya. Narayen juga berhubungan baik dengan John Donahoe (CEO of Nike.inc), Romesh Wadhwani (CEO of SymphonyAI), dan Dan Rosenweig (CEO Chegg Inc.).

 

CEO Adobe ini adalah seseorang yang percaya bahwa status quo bukanlah strategi dalam mencapai kemenangan. Serupa dengan Elon Musk, Shantanu Narayen selalu berusaha berpikir out of the box. Di bawah kepemimpinannya, Adobe senantiasa membangun kultur inovasi, jangkauan pasar baru, dan meningkatkan portfolio produk maupun jangkauan global mereka.

 

Shantanu Narayen selalu mendorong setiap bagian dari Adobe untuk menghasilkan impact menuju misi mereka yakni mendukung setiap orang, kreator baru, maupun brand level dunia dan menciptakan kreasi digital yang tersampaikan pada orang dan momen yang tepat.

 

Lisa Su, CEO AMD

Wikimedia Commons

 

Lisa Su sebelumnya telah menjabat sebagai management positions di beberapa perusahaan seperti IBM, Texas Instruments, dan Freescale Semiconductor sebelum menetap sebagai CEO dan President of AMD di tahun 2014.

Ia menunjukkan keberhasilan leadershipnya melalui peningkatan networth AMD sebesar US$500 million di tahun 2020. Padahal, AMD di tahun-tahun sebelumnya dihadapkan oleh potensi hutang dan kebangkrutan. Namun, di tangan dingin Lisa, perusahaan ini berhasil menaikkan sahamnya sebesar 1.300%, bahkan mengungguli Intel yang sebelumnya menjadi market leader.

Salah satu nilai yang dipegang Lisa Su sebagai leader adalah kekuatan untuk menyatukan kerjasama dari setiap orang. Menurutnya, seseorang yang pandai adalah suatu hal yang baik, namun ada lebih banyak hal yang bisa dilakukan jika Anda membawa 10, 100, atau 1000 orang pintar sekaligus, selama mereka membawa misi yang sejalan. 

Lisa Su juga menekankan pentingnya menerima masukan, mempertimbangkan setiap penilaian, termasuk memahami dan mengelola setiap resiko yang terkandung di dalamnya. Sepaham dengan Elon Musk dan Shantanu Narayen, Lisa meyakini bahwa kesalahan atau kegagalan adalah jalan untuk memperbaiki diri.

CEO AMD ini memiliki prioritas dalam memandang isu keberagaman. Menurutnya, sangat penting untuk lebih jeli dalam melihat pertentangan rasial dan ketidakseimbangan sosial sehingga kita bisa menciptakan peluang untuk menciptakan reformasi yang bersifat sistemik. 

Selama pandemi, AMD di bawah kepemimpinan Lisa memiliki tiga prioritas yakni kesehatan dan keselamatan karyawan, penyediaan produk untuk konsumen, dan kedekatan dengan komunitas. Karyawan AMD masih menjalani sistem bekerja dari rumah, AMD berusaha meningkatkan kapasitas cloud mereka dalam rangka membantu pekerja yang WFH, dan berpartisipasi dalam White House High Performance Computing Task Force dan menyumbangkan super-computing cluster untuk universitas. 

Lisa Su percaya bahwa semua hal pada dasarnya sangat bergantung dari adanya peluang, dan tak melulu soal kepandaian, namun juga lingkungan yang mendukung, Untuk itu, ia berusaha menyediakan peluang dan mentorship untuk semua orang, termasuk yang menjadi bagian dari minoritas.

Sumber

https://www.industryweek.com/leadership/companies-executives/article/21991084/elon-musk-is-silicon-valleys-most-inspiring-figure

https://www.theceomagazine.com/business/management-leadership/tech-ceos/

https://www.wsj.com/articles/how-adobes-ceo-designed-a-lasting-image-in-silicon-valley-11612587600

https://www.cta.tech/Resources/Articles/2020/Masters-of-Leadership-Dr-Lisa-Su#:~:text=Su%20values%20as%20a%20leader,it's%20incredible%2C%E2%80%9D%20she%20said.

https://www.globalhunt.in/leadership-thoughts-full-view.html?id=46

https://blogs.haas.berkeley.edu/the-berkeley-mba/leaders-who-redefine-adobe-ceo-and-berkeley-mba-alum-shantanu-narayen

https://phdessay.com/leadership-qualities-of-narayen-of-adobe-systems/

https://www.t-three.com/soak/insights/4-things-elon-musk-can-teach-us-about-effective-leadership#:~:text=Elon%20Musk's%20leadership%20style%20is,new%20ways%20to%20solve%20problems.&text=Ultimately%2C%20the%20best%20leaders%20put,the%20success%20of%20the%20business.

https://www.one37pm.com/grind/entrepreneurs/elon-musk-leadership-style

https://www.thestrategywatch.com/leadership-qualities-skills-styles-elon-musk/