Millenials: Entrepreneurship is Your Future, Lika Liku Jadi Pengusaha Muda
TECHMinar Kreen Indonesia bertajuk “Millennials: Entrepreneurship is Your Future” memberikan gambaran soal lika-liku menjadi pengusaha muda.
Klemens Rahardja (Founder Komunitas Entrepreneurs Society) melihat bahwa banyak orang mengecilkan impiannya untuk menyesuaikan dengan pendapatannya. Padahal, mindset yang baik adalah memperbaiki pendapatan karena memiliki mimpi sebagai landasan hidup.
Menurut Klemens, meski tampak sederhana, menjadi pengusaha memiliki beberapa tahapan yang kompleks. Menjadi pengusaha yang sukses dimulai layaknya siklus tahap hidup manusia. Dua langkah kedua yang dilewati pada masa awal pendirian bisnis adalah belajar dan merangkak.
Setelahnya, perusahaan mencapai langkah ketiga yang krusial yakni berdiri, atau saat di kala perusahaan telah mampu mendelegasikan tugas ke tim, sementara kita hanya perlu melakukan quality control. Setelah berdiri, harusnya perusahaan memasuki tahap berjalan (saat level manajemen telah berkembang dan sudah memikirkan pembukaan cabang lainnya), berlali (memiliki upper management), dan terbang (memikirkan rencana bisnis ke depan).
Naufal Yazid, pendiri YZD Archery mengaku bahwa bisnisnya dimulai dari hobi. Untuk itulah ia menyarankan bagi milenial yang ingin jadi pengusaha, sebaiknya mulailah dengan menemukan passion dan minat. Setelahnya, padukan dengan kemampuan diri yang dirasa mumpuni, apakah sebagai lobbier, sales, penemu, atau spesialis pada detail dan penataan?
Yazid juga menekankan pentingnya modal awal dan berbisnis yang tak hanya berupa kapital atau uang, namun juga ide dan keberanian untuk action, pengetahuan tentang produk, karakter dapat dipercaya, serta kemauan berubah dan ingin terus bertumbuh.
Lain lagi dengan Muhammad Singgih, CEO Codepolitan yang memperlihatkan bagaimana millennials entrepreneur dituntut untuk rasional dan bertanggung jawab. Ia berulang kali menekankan untuk menimbang setiap pilihan berdasarkan perkiraan resiko yang ada. Persiapan seperti ide, model bisnis, tim, funding, dan timing sebagai elemen paling penting sangat perlu dipenuhi.
Menurut versinya, a paying customer adalah elemen lain yang perlu dipertimbangkan pada awal pendirian bisnis karena bagaimanapun juga, bisnis memiliki tujuan untuk mengumpulkan profit. Dalam membangun start up, Singgih menyarankan model lean startup yang memadukan ide, data, produk, dan konsistensi dalam validasi produk serta uji coba ke market.
Bisnis tak sekedar mengumpulkan uang, namun mengenal jati diri dan tujuan hidup. Keempatnya sepakat bahwa pengusaha millennial sebaiknya memikirkan bisnis dalam jangka panjang, sehingga perlu terus berinovasi dalam memenuhi kebutuhan pasar.
Mentor, expert, dan komunitas juga dapat menjadi sumber belajar yang berharga. Melalui pihak-pihak ini, pengusaha millennials dapat menghindari potensi untuk mengulang kesalahan yang sudah ada, sekaligus belajar lebih lanjut dalam mengolah masalah yang dialami.