Career Guidance in New Normal: Apa yang Perlu Diantisipasi Pencari Kerja saat New Normal?
Kala PHK massal terjadi secara besar-besaran di berbagai skala perusahaan, para jobseeker perlu pandai-pandai mencari peluang baru. Beberapa situs berita seperti CNBC, Detik, dan Kumparan telah merangkum beberapa pekerjaan yang makin banyak di era new
Melansir keterangan Menteri Ketenagakerjaan, IIda Fauziyah, ada sejumlah pekerjaan yang akan dibutuhkan di era kenormalan baru (new normal). Sebab, pandemi mempercepat perubahan jenis pekerjaan di pasar tenaga kerja normal.
Umumnya, profesi yang banyak dibutuhkan tersebut berorientasi pada bidang big data, digital, dan pengembang aplikasi berbasis teknologi informasi. Hal ini sangat berkaitan dengan proses digitalisasi yang terjadi secara global. Menurut Ida, hal ini membuat dunia bergerak dari old economy ke new economy.
Saat new normal nanti, dominasi pertumbuhan sektor usaha juga turut beralih. Menurut prediksi, industri dengan pertumbuhan tinggi ke depan adalah teknologi informasi, telekomunikasi, dan retail consumer goods serta gaya hidup. Di urutan selanjutnya, sektor
media, hiburan, dan informasi, infrastruktur dan pembangunan kota, agrikultur, makanan, dan minuman, kesehatan, transportasi dan distribusi, energi baru terbarukan, otomotif, dan jasa profesional.
Beberapa pekerjaan yang telah kita kenal seperti trainer, perawat, manager keuangan, pengacara, analis, terapis, penasihat keuangan, SDM, dan programmer juga diproyeksikan akan tumbuh menjelang 2030 mendatang.
Di sisi lain, tantangan lulusan baru dan pencari kerja di masa new normal juga tak sedikit. Saat pandemi, kita dituntut untuk tetap sehat secara fisik dan mental. Namun tak dapat dipungkiri, para fresh graduate pasti ingin segera mendapatkan pekerjaan, tak jarang disertai adanya tuntutan dari keluarga.
Kita juga harus menyadari perubahan dalam tatanan kerja yang mengharuskan kita beradaptasi dengan kebiasaan baru seperti online recruitment, online onboarding, hingga remote job.
Peneliti dari Indef, Bhima Yudhistira mengatakan dampak dari pertumbuhan ekonomi minus adalah terbatasnya lapangan kerja baru, sehingga berdampak pada tingkat pengangguran terbuka (TPT). Pencari kerja lulusan baru mau tak mau bertarung dengan para korban PHK atau pengangguran.
Pemerintah sebetulnya telah menyiapkan beberapa kebijakan untuk mengantisipasi hal seperti ini. Pertama, menyiapkan kompetensi baru melalui pelatihan kerja dari sisi skilling, reskilling, dan up-skilling. Kedua, mengoptimalkan proses magang untuk menambah pengalaman kerja. Ketiga, menganalisis dinamika permintaan dan penawaran sektor ketenagakerjaan akibat COVID-19. Keempat, meningkatkan soft skill dan produktivitas pekerja. Kelima, melakukan re-design kurikulum dan metode dengan pendekatan human digital skills dan metode blended training. Keenam, mengoptimalkan proses kolaborasi antara dunia industri, lembaga diklat, dan asosiasi untuk mengidentifikasi kompetensi yang dibutuhkan.
Lantas, apa yang bisa kita lakukan sebagai individu yang sedang mencari kerja? Menurut konsultan keungan Ramit Sethi, kita sebaiknya juga tak sembarangan memiliki mindset “asal diterima kerja” atau kirim CV. Namun, fokus mencari kerja setelah riset mendalam mengenai suatu perusahaan dan menyiapkan setiap interview dengan serius.
Adakah rekomendasi pekerjaan lain yang cocok di era new normal? Apa saja yang dibutuhkan pada saat melamar pekerjaan di era new normal? Dapatkan jawabannya dengan mengikuti TECHMinar Career Guidance in New Normal yang akan dihadiri oleh Teddy Diego (Career Coach at terminal HRD), Dr. (Cand.) Zulfikar Alimuddin, B.Eng, MM, CPC, CEC (Founder and Chairman of The New You Institute), dan Ninien Irnawati (Recruitment Professional).
Acara ini akan diadakan 23 Februari 2021, pukul 13.30-15.30 tanpa dipungut biaya apapun. Daftarkan diri Anda sekarang dengan melakukan scan pada QR Code yang tertera di poster!
Sumber
https://satutumbuhseribu.valbury.co.id/2020/06/29/tantangan-baru-para-pekerja-era-new-normal/
https://www.merdeka.com/uang/hindari-hal-hal-berikut-saat-mencari-kerja-di-masa-pandemi.html