Sebelum punya keinginan menggebu untuk mengatur bawahan Anda, kemampuan self-leadership ternyata perlu dimiliki oleh para pemimpin. Bagaimana Anda bisa menjadi leader bagi orang lain jika Anda tak bisa mengelola diri Anda sendiri?
Sydney Rae/Unsplash
Sejatinya, semua manusia adalah self-leader. Sayang pada kenyataannya, tak semua self-leader mampu melakukan self-leading dengan efektif.
Menurut buku Self Leadership yang ditulis Bryant & Kazan, self-leadership pada dasarnya adalah praktik mempengaruhi pemikiran, perasaan, dan tindakan kita secara sengaja dalam rangka mencapai tujuan.
Istilah self-leadership telah dikemukakan oleh Charles Manz tahun 1983. Definisinya adalah “perspektif pengaruh diri yang secara komprehensif menaruh fokus pada pengelolaan dalam diri.” Peter Drucker (2010) menjelaskan bahwa sebagai seorang self-leader artinya kita berperan sebagai chief, kapten, atau CEO dalam hidup kita sendiri, termasuk dalam menetapkan tujuan dan bertanggung jawab dalam mencapai tujuan tersebut.
Self-leadership adalah jawaban dari bagaimana kita membangun diri kita untuk bertahan dan berkembang dalam dunia yang bergejolak, tidak pasti, kompleks, dan ambigu. Self-leadership berkaitan dengan menciptakan inner game (mindset) berupa intention, self-awareness, self-confidence, dan self-efficacy yang diwujudkan dalam outer game (tindakan).
Melalui self-leadership, kita membangun kesadaran tentang siapa diri kita, apa yang bisa kita lakukan, ke mana kita akan pergi, ditambah dengan kemampuan untuk mempengaruhi komunikasi, emosi, dan perilaku kita dalam perjalanan menuju ke sana." (Bryant, Kazan 2012).
Markus Spiske/Unsplash
Self-leadership adalah faktor sukses yang penting bagi individu maupun organisasi. Di era disruptif seperti sekarang, pembelajaran dalam organisasi menjadi satu-satunya keuntungan yang berkelanjutan.
Peter Senge mencatat bagaimana organisasi dan self-leadership saling berkaitan satu sama lain. Menurutnya, organisasi hanya mampu belajar atau berkembang dengan adanya individual yang mau belajar. Pembelajaran individu tak menjamin pembelajaran organisasi. Namun tanpanya, pembelajaran organisasi tidak akan terjadi.
Self-leadership adalah kepemimpinan diri yang membuat seseorang berhasil dalam memimpin. Melalui self-leadership, seseorang akan mensyukuri kekuatan yang dimiliki. Pada akhirnya, ia akan mampu menetapkan tujuan yang jelas, menciptakan action plan dan cara-cara mencapai tujuan, memperjelas peran, membuat jadwal, menetapkan prioritas, serta mengawasi dan mengevaluasi pekerjaan serta memberikan masukan.
Terlepas dari teori leadership maupun leadership style yang dipakai dalam perusahaan, leader mampu menjalankan perannya dengan lebih ideal bila mempunyai skill self-leadership. Rekruiter pun lebih memilih pekerja yang mampu membuat keputusan efektif secara mandiri dan mengatur dirinya sendiri untuk bekerja secara lebih efektif.
Self-leadership akan membantu leader menjadi seseorang yang lebih self-aware, disiplin, dan mampu membangun relasi yang kuat. Bila suatu perusahaan melatih karyawannya untuk membangun self-leadership, pada akhirnya organisasi itu mampu menjadi perusahaan yang lebih customer-driven, hemat anggaran, efektif, dan inovatif.
BBH Singapore/Unsplash
Beberapa skill self-leadership yang perlu dibangun adalah self-awareness, motivation, decision making, dedication, influence, empathy, social skills, self-regulation, dan accountability.
Kita perlu memahami siapa diri kita, apa tujuan kita, apa kelebihan dan kekurangan, serta hal-hal dalam diri yang perlu diperbaiki. Kita juga perlu memahami bagaimana perasaan, mood, dan motivasi mempengaruhi setiap tindakan kita. Langkah-langkah di atas membuat kita dapat melakukan self-assessment yang akurat dan objektif sehingga akan tumbuh self-confidence dan development.
Keberadaan motivasi dan dedikasi sangat penting sebagai energi untuk mendorong batas-batas personal dan menghadapi tantangan. Selain itu, skill pengambilan keputusan juga akan terbentuk setelah kita memahami kelebihan dan kekurangan kita.
Influence atau pengaruh juga menandakan karakteristik self-leadership yang kuat. Bila kita bisa mengelola emosi, pikiran, dan tindakan kita dalam mencapai tujuan pribadi, hal ini akan berpengaruh positif pada orang-orang di sekitar Anda karena mampu menginspirasi mereka untuk bekerja lebih keras dan mencapai kesuksesan yang setara dengan Anda.
Hal ini sangat berkaitan dengan skill lainnya yakni self-regulation atau kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan tindakan, tanpa campur tangan eksternal. Memiliki skill self-regulation akan membuat Anda mampu “menjawab” tantangan ketimbang “bereaksi” terhadapnya. Tak akan bersikap reaktif dan impulsif, kemampuan self-regulation akan membuat Anda merespon tantangan secara hati-hati dan penuh pertimbangan.
Akuntabilitas Anda juga harus dibangun secara perlahan. Akuntabilitas artinya bertanggung jawab terhadap setiap emosi, pikiran, dan tindakan Anda sehingga tak akan dengan mudah menyalahkan orang lain saat terjadi insiden atau hal-hal yang tak diinginkan.
Dalam kaitannya dengan komunikasi interpersonal, Anda membutuhkan kemampuan empati dan social skill.
Empati dikaitkan dengan kemampuan untuk memahami emosi dan perasaan orang lain ditambah kemampuan merespon dalam cara-cara yang menunjukkan kepedulian Anda terhadap perspektif orang lain.
Social skill tentu sangat penting dalam membangun hubungan yang kuat dengan orang lain dan mempertahankannya dalam waktu lama. Social skill yang kuat akan membantu Anda menciptakan rasa hormat dan percaya.
Sudah siap jadi kapten dalam hidup Anda sendiri? Para leader, jangan sepelekan skill ini, ya!
Sumber
https://www.selfleadership.com/what-is-self-leadership#:~:text=%22Self%2Dleadership%20is%20the%20practice,Leader%20from%20the%20Inside%20Out).
https://sinta.unud.ac.id/uploads/dokumen_dir/7bba8f448a1b7e24d9263f6ef092f122.pdf
https://www.indeed.com/career-advice/career-development/self-leadership
https://ijbssnet.com/journals/Vol_9_No_2_February_2018/2.pdf