Tingkatkan Kemampuan SDM Jadi Kunci Digital Transformation for Education Industry

Posted By smartcomputerindo | 23 December 20 | Event

 

 

Pandemi memaksa kita memindahkan segala aktivitas secara online, termasuk dalam sektor pendidikan. Pendidikan yang dulu memanfaatkan buku dan sumber informasi cetak, kini beralih pada teknologi digital dengan intensitas yang tinggi. Para panelis TECHMinar “Digital Transformation for Education Industry” setuju bahwa teknologi sebaiknya dipandang sebagai alat, namun kematangan dan kapabilitas manusia adalah unsur utama yang menentukan keberhasilan pendidikan jarak jauh

 

Ryan Revandi (Tech Specialist di Websis Edu & Google Certified Educator) menyarankan para guru untuk mengadopsi kerangka berpikir TPCK (technological, pedagogical, and content knowledge). Menurutnya, pembelajaran jarak jauh yang interaktif dan efektif akan tercapai saat guru memiliki kemampuan atas konten, pedagogi, dan teknologi untuk mencapai tujuannya. 

 

Content knowledge mengacu pada kemampuan sesuai substansi yang diajar, pedagogy knowledge serupa dengan pengetahuan tentang seni & metode belajar mengajar yang paling sesuai, serta technological knowledge alias pemahaman tentang teknologi untuk memfasilitasi kedua hal tersebut.

 

Ryan menyebutkan berbagai pengaruh dari pembelajaran secara digital yang sekarang dilakukan oleh banyak sekolah. Menurutnya, belajar online akan mengubah cara belajar murid menjadi lebih instan karena semua materi dan informasi dapat diakses dengan cepat dan mudah. Mereka pun memiliki fleksibilitas untuk menentukan kapan dan di mana mereka akan belajar.

 

Beberapa peluang pembelajaran jarak jauh adalah pembuatan konten digital, kemudahan pengumpulan data, informasi yang cepat dan update, serta akses berjejaring dan kolaborasi yang lebih luas.

 

Sayangnya, ada pula beberapa tantangan PJJ yang dihadapi, contohnya merebaknya konten beresiko (pornografi dan kekerasan), cyberbullying, plagiarisme, kecanduan games, dan kelelahan pada mata.

 

Ryan menyarankan bagi sekolah yang hendak mengadopsi pembelajaran online jarak jauh hendaknya tak sembarangan memanfaatkan teknologi. Peluang dari teknologi tersebut harus diselaraskan dengan peningkatan kemampuan guru sebagai role model yang memiliki karakter good digital citizenship

 

Seorang Learning Architect dari Impact Byte, David Winalda, membagikan beberapa tips agar pembelajaran online tak monoton dan membosankan. Ia menekankan pentingnya memahami objective dan tema dalam setiap sesi pembelajaran karena hal ini akan mempengaruhi poin materi, tools, dan metode ice breaking yang akan disampaikan pada audiens. 

 

David pun menyoroti beberapa kekurangan pembelajaran online di Indonesia yakni koneksi yang masih kurang merata, kurangnya interaksi, pengawasan yang sulit, dan sistem ini yang tak bisa diterapkan pada semua bidang, misalnya sekolah kejuruan.

 

Ida Ayu Widyaningsih yang menjabat sebagai Regional Manager di Digital Education Network melihat pesatnya inovasi di bidang pendidikan. Contohnya meningkatnya penggunaan LMS (learning management system) dan MOOC (Massive Online Open Courses) yang makin masif di Indonesia.

 

Tsania Putri, Program Coordinator Micromentor Indonesia menyarankan bagaimana menciptakan pendidikan digital yang efektif. Menurutnya, perlu adanya pengembangan teknologi berbasis people centric, peningkatan degree of contact, serta iterasi dan replikasi. 

 

Teknologi perlu dicocokkan dengan kapabilitas SDM supaya mereka bisa menggunakannya dengan maksimal. Selain itu, beberapa materi yang tak bisa disampaikan sepenuhnya secara online sebaiknya dilakukan secara blended (beberapa kali ada sistem tatap muka yang disesuaikan dengan profil peserta didik). Inovasi pendekatan juga harus terus dilakukan dengan mengembangkan beberapa metode lawas yang telah berhasil. 

 

Menurut Ryan, kurangnya kapasitas guru tak bisa dilihat dari perspektif kemampuan si guru saja. Namun, perhatikan juga bagaimana sekolah memenuhi unsur-unsur adopsi teknologi seperti aplikasi, jaringan, perangkat, konten, SDM, dan pendanaan.

 

Keberhasilan PJJ pun tak semata terletak di tangan guru. Baik guru, orangtua, maupun murid perlu sama-sama meningkatkan kesadaran untuk membekali diri dengan kecakapan digital.