Millenials: Make Your Hobby to Get Money, Konsistensi dan Kesiapan Mental Menjadi Kunci Menjalani Hobi yang Menghasilkan Uang

Posted By smartcomputerindo | 05 February 21 | Event

Pandemi justru membuat banyak orang menyadari kalau hobi mereka bisa menjadi pekerjaan. Syaratnya, kita harus mengkompromikan minat dan keahlian kita dengan permintaan pasar. Adakah marketnya? Kita sebaiknya juga pandai-pandai membaca data dan peluang. Inilah sedikit kesimpulan yang bisa ditarik dari TECHMinar Millenials: Make Your Hobby to Get Money.

 

Bagaimana tips mengubah hobi menjadi profesi yang menjanjikan? Kita harus sering belajar dan asah skill, menambah portofolio, berkolaborasi dengan banyak pihak, memperhatikan trend di bidang terkait, serta melakukannya secara konsisten. Pastikan juga untuk memiliki mental yang kuat, karena menjalani profesi dari hobi umumnya sama seperti kehidupan seorang wiraswasta.

 

Fara Nabila (Content Creator & Make Up Artist @makeupwithlals), mengaku awalnya hanya iseng-iseng mengisi TikTok miliknya dengan berbagai make up tutorial. Nyatanya, membuat konten kini dapat menghasilkan tambahan penghasilan saat permintaan MUA menurun di kala pandemi. Meski awalnya sempat insecure dengan konten buatannya, Fara mengaku hanya terus-terusan konsisten menghasilkan konten.

 

Menurutnya, semakin kita konsisten, media sosial yang akan menampilkan konten kita pada audiens yang tepat berdasarkan algoritma mereka. Selain mencoba konsisten, Fara juga banyak bertemu dengan sesama content creator, MUA, maupun teman-teman yang sehobi untuk bertukar pendapat.

 

Yohanes Williem (Official Partner FB Gaming) melihat bahwa profesi yang berawal dari hobi layaknya berwiraswasta. Meski sistem Official Partner FB Gaming masih disertai gaji yang rutin diberikan, namun suatu saat FB mengharapkan kreator dapat dilepas secara mandiri. 

 

Sebagai streamer, ia juga memperoleh tambahan pendapatan melalui star yang diberikan viewers dan dapat dikonversi menjadi dollar. Yohanes harus on air selama 120 jam, namun juga mengimbanginya dengan latihan off-air agar bisa tampil lebih profesional dan kompetitif saat melangsungkan streaming.

 

Tak seperti anggapan banyak orang, pekerjaan yang dimulai dari hobi tak selalu menyenangkan. Irene Komala, seorang travel blogger menjelaskan suka dukanya saat bekerja. Orang-orang hanya melihat dirinya tampak senang saat jalan-jalan, padahal ada PR yang menanti setelah liburan selesai. 

 

Irene harus mengabadikan setiap momen dan mencatat informasi sebaik-baiknya agar bisa menyampaikan cerita travelling yang menarik. Ia harus-harus memiliki time management yang baik. Belum lagi, adanya pandemi juga membuat kegiatan berwisata sempat mati, sehingga ia perlu mencari cara kreatif lain agar tetap bisa membuat konten.

 

Irene bercerita bahwa awalnya orangtua sempat meragukan profesinya sekarang. Ia yang tadinya adalah karyawan tetap, kini menjadi freelancer yang pendapatannya bergantung pada project yang dikerjakan. Namun, perlahan ia membuktikan pencapaiannya melalui lomba dan endorsement dari klien-klien populer. 

 

Hal ini juga turut dirasakan oleh Yohanes Williem. Menurutnya, sangatlah kurang bijak kalau kita terjun ke pekerjaan berbasis hobi tanpa memiliki modal sebelumnya. Ia sendiri awalnya menjalani hobi gaming sambil melakoni pekerjaan utamanya di asuransi sebelum memutuskan resign seperti Irene. 

 

Sedangkan Fara Nabila mengalami tantangan dalam mencari followers di awal-awal pekerjaannya menjadi Content Creator

 

Tantangan yang dialami oleh ketiga panelis adalah burnout. Menurut Williem & Fara, hal ini seolah sudah menjadi makanan sehari-hari. Sebagai streamer, Williem harus menjaga moodnya agar tetap happy di depan audiens. Tak jarang, ia juga menerima hate comment selama siaran. Setelah streaming, ia masih harus mengedit video offline untuk diposting per minggu.

 

Williem menyiasatinya dengan menemukan trik-trik baru dari setiap rutinitas yang ia jalani, seperti mengganti setting atau memakai perangkat baru.

 

Lain lagi dengan Fara yang menjadikan shopping sebagai healing time. Saat ia bosan menggambar di wajahnya, ia akan menggambar di wajah klien. Kadang, ia juga memutuskan untuk bertemu teman-temannya sejenak. Di sisi lain, saat burnout, Irene memilih menonton film kesukaannya, membereskan rumah, atau makan.

 

Williem menekankan bahwa memilih pekerjaan dari hobi harus diiringi dengan kesiapan mental. Sebab, pendapatannya tak menentu, dan sangat bergantung pada apa yang kita usahakan. Pertimbangkan lagi, apakah mentalitas kita lebih cocok sebagai businessman atau karyawan

 

Ia juga menyarankan untuk be different, bukan be perfect karena akan selalu ada orang yang punya pengalaman lebih dari kita. Namun, dengan menjadi seseorang yang berbeda, kita akan punya audiens kita sendiri.

 

Menurut Fara, Irene, dan Williem, jika memang sudah mantap, tekuni hobi yang menghasilkan uang. Jangan minder karena pengalaman yang sedikit atau perangkat yang kurang canggih. Cukup lakukan dari hal-hal kecil.